Mengkqji masa depan Hindu Dharma di Nusantara

MENGKAJI MASA DEPAN
HINDU DHARMA
DI NUSANTARA

Melihat perkembangan ekonomi yang makin merosot tetapi sebaliknya ritual-ritual makin menggila di Bali akhir-akhir ini ditambah pelaksanaan-pelaksanaan Agni Hotra yang mewabah dengan harga tinggi dan waktu yang terbuang sia-sia, maka kaum muda Hindu di Jawa-Bali amatlah resah, banyak yang merasa terjebak lahir sebagai Hindu Bali, hal ini amatlah mencemaskan, dan konversi ke agama-agama lain lalu terbuka secara luas, karena agama-agama lain menawarkan kemasan-kemasan praktis, lebih irit, murah biaya dan mudah dilanggar tanpa sanksi-sanksi.

Dibalik itu ada fenomena yang amat menarik yaitu timbulnya anak-anak muda yang menginginkan “nafas-nafas baru yang segar” dalam beragama Hindu, lalu apakah solusinya di masa depan? Sebagian berpaling ke internet dan menemukan kembali filosofi-filosofi Hindu dengan berbagai penalaran yang amat sekular, plural dan praktis, nuansanya adalah Dharma yang bersifat universal, bukan hegemoni Hindu yang dogmatis dan ritualistik yang menjemukan dan memboroskan dana yang sulit dicari.

Sebagian lagi mulai berpaling ke guru-guru spiritual dari India seperti Sai Baba, Sri Ravi Shankar dsb. Sebagian ke yoga dan meditasi, sebagian ke bhakti-bhakti sosial, sebagian terjebak lagi ke Agni Hotra yang besar-besar yang di India malah telah dipraktiskan menjadi upacara kecil yang sarat makna.

Dunia, zaman, perilaku manusya sedang berubah total sesuai ramalan Kali Yuga, sebuah zaman yang disebut-sebut penuh kegelapan, namun di dalamnya terdapat hamparan sains, teknologi dan filosofi yang tidak terbatas. Fenomena yang satu ini amat memukau kaum muda di dunia, hasilnya evolusi dan revolusi kehidupan berubah drastis dalam kurun waktu 10 tahun, belakangan ini. Dunia sudah tidak mengenal tapal-tapal batas lagi, internet merubah semuanya! Bahkan ilmu pengetahuan dan pornography dapat ditransfer dalam hitungan detik, dunia Islampun goncang. “Face book Fenomena” salah satu perihalnya. Berperang dengan internet dan mass media jadi lebih sulit dibandingkan perang di Iraq dan Afganisthan.

Cupu-cupu sakti di zaman Satya Yuga sekarang lebih sakti lagi dan dapat dibeli dan di akses bahkan oleh anak-anak kecil, demikian juga komputer, semua orang bisu jadi sakti di zaman kali yuga ini.

Kalau para Sulinggih hanya sibuk dengan upakara dan upacara-upacara mahal, maka dalam kurun waktu 15 sampai dengan 25 tahun mereka bukan saja akan tertindas oleh zaman, teknologi dan sang waktu yang sedang melaju amat cepat secara alami, tetapi para Sulinggih-Sulinggih tua akan mati sendiri, tergantikan Sulinggih-Sulinggih muda yang terdidik dengan hp dan internet di tangan-tangan mereka. Tanpa kita sadari Saraswati (maha-widya) telah kembali lagi, weda-wedanya telah menjadi teknologi plus filosofi, musiknya (vina) menjadi gejala musik-musik universal. Di era ini musik, sepakbola, catur dan olympiade adalah “agama-agama panutan baru” bagi kawula muda. Matinya Michael Jackson ditangisi anak-anak muda dan kaum 50 sampai dengan 60 tahunan sedunia, idola mereka adalah musisi, internet dan teknologi. Tuhan sudah mati di dunia Barat, tetapi “Tuhan-Tuhan yang baru, Nabi-nabi seperti Elvis, Michael Jackson dan widya ( sains, teknologi dan filosofi ) makin trendy saja. Evolusi dan revolusi dalam berbagai bidang amatlah semarak di dunia dewasa ini, sedangkan ritual-ritual agamis sudah menjadi komoditi dan pemasukan mass media dan pariwisata, perhatikan tayangan-tayangan naik Haji, Galungan, Waisak dan puasa yang sudah mampu menghasilkan uang triliunan bagi media-media komersil, ekonomi sudah menggeser agama, janganlah kita munafik akan hal ini.

Akhir-akhir ini Ganeshya hadir lagi kembali di Jawa-Bali. Ganeshya adalah simbol anak muda pemberontak yang berubah menjadi dewata agung penuh widya universal, satu gading patah menyimbolkan ilmu-ilmu duniawi yang tidak langgeng dan berubah-ubah, gading yang utuh menyimbolkan ilmu Ilahi (Bhagawatam) yang selalu terbarukan dan abadi, inti dari sains dan teknologi.

Di antara semua ajaran-ajaran di dunia, hanya Hindu Dharma yang telah siap menampung dan menyebarkan sains, teknologi, ekonomi, widya dan filosofi di Kali Yuga ini. Jadi kalau mau mengikuti zaman, maka harus dibentuk sebuah Parisadha semacam Majelis Hindu Nusantara yang bervisi ke depan, dengan mengemban misi-misi sains, teknologi dan filosofi dalam suatu untaian praktis tetapi indah dan sarat makna.

Ekonomi global yang makin rancu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan ini. Bahkan masyarakat maju Singapura, Jepang, USA, Eropah terlanda kegalauan yang amat dashyat, di sana Gereja-gereja 90% telah di tutup, dan masyarakatnya larut dalam S&S (Seks dan Stress).

Bagi kita di Nusantara maka mereka-mereka yang dibawah 50 tahun harus segera membangun horizon baru dalam bentuk sebuah Majelis Hindu Dharma yang sesuai Pancasila yang amat Dharmais sifat-sifatnya penuh toleransi, pluralisme, dan demokrasi sekular yang tidak kebablasan. Untuk itu Saraswati tetap merupakan dasar-dasar fondasinya, dan Ganeshya (ilmu sains) sebagai wahananya. Tujuannya tetap Hyang Widhi Wasa (Tuhan Maha Ilmu)

Di India pemujaan-pemujaan terhadap Bayu, Indra, Brahma sudah menjadi sejarah masa lalu, Manawa Dharma Shastra sudah lama terkubur, Weda-weda sudah menjadi Bhagawat-Gita, para resi sudah lahir sebagai guru-guru spiritual dengan medium yoga dan meditasi, Hindu Dharma di India sudah menjadi panutan praktis serba Saintifik, bukan dogma-dogma sesat seperti kasta dan upacara-upacara mubazir yang berbiaya tinggi. Kita di Indonesia mau tidak mau secara perlahan tetapi pasti sudah masuk ke alur modernisasi ini, nilai nilai Hindu harus dipersiapkan secara alami melalui gabungan sains dan teknologi agar kita maju seperti India dan disegani oleh dunia luar karena memiliki Bhagawat Gita dan Gandhi, memilik Buddha dan Bom atom, memiliki yoga meditasi, sains dan teknologi. Inilah Kali Yuga yang amat menantang, tanpa landasan-landasan ini kita akan hancur dilanda penetrasi agama-agama lain oleh ekonomi dunia yang serakah dan pemanasan global yang membara, lalu sirnalah kita!

Om Shanti Shanti Shanti Om

Cisarua 14-7-09