Atharva – Weda dan Pemanasan Global
( The Green Weda)
Berbagai weda-weda yang merupakan harta kebudayaan dan spiritual juga merupakan warisan ilmu pengetahuan nan tak ternilai yang tidak lekang dimakan sang waktu. Kata “Vid” yang bermakna “mengetahui atau memahami” adalah sumber inspirasi ilmu pengetahuan (widya) bagi weda-weda ini, yang berhubungan dengan realitas tertinggi dan kosmologi. Weda menyatakan hadirnya sebuah bentuk kesadaran yang agung, hakiki dan murni sebagai landasan dari setiap ciptaan (Brahman). Tahap kausal diri kita adalah kesadaran itu sendiri yang juga terdiri dari komposisi tubuh, jalan pikiran, emosi,intelek yang kesemuanya adalah cabang-cabang dan ranting-ranting kesadaran ini.
Rig, Yayur dan Sama-Weda lebih menekankan pada peningkatan alur spiritual kita dari tahap rendah menuju tahap kesempurnaan melalui berbagai tata-cara, ritual, dhyana, dan pemahaman psikologis dst. Namun Atharva –Veda bersinggungan langsung dengan dunia materi ini! Para ahli Veda di India menyebutnya sebagai “ancient counterpart of modern science and technologi”. Didalam Atharva-Veda akan kita temui berbagai arahan yang berhubungan dengan ilmu kesehatan ( Medical Science) astrologi, astronomi, material-science dan teknologi, physical, chemical dan hological science, plus engineering, dsb. Namun banyak pengetahuan yang hilang dimakan peperangan, dan sang waktu, Tetapi esensi Atharva-Veda yang tersisa tetap diakui dunia sampai kini sebagai sumber inspirasi Modern-Science.
Atharva-Veda memiliki posisi unik karena langsung dan bersinggungan dan bermanfaat bagi dunia ini, bagi manusia, berbagai ciptaan diatas bumi,bagi kemakmuran, persatuan, kesehatan, persahabatan, pemerintahan, kesejahteraan umur, dsb.dsb. Para Resi di Atharva-Veda memuja para dewata melalui yajna memohon agar manusia diberikan usia panjang dan kesehatan yang prima. Bukan itu saja Weda yang satu ini memberikan berbagai jalan (keterangan) bagi umat manusia, juga sekaligus menegur kita umatnya agar tidak merusak diri dan lingkungan kita sendiri. Kata weda ini “raga dan jalan pikiran yang sehat akan menghasilkan produktivitas dan kesejahteraan yang berusia panjang”.
“Tubuh ini memang akan musnah suatu saat tetapi mengapa harus cepat-cepat? Anugrah dalam bentuk raga manusia ini dapat disejahterakan dan hidup dinikmati secara sehat, dan brertahan lama”. Menurut Atharva –Veda, hidup manusia seharusnya sampai 100 tahun, ini disebut ideal. Para dokter sekarang mengakuinya ( baca “sehat itu murah” oleh Dr Handrawan Nadesul). Di Jepang hal itu dimungkinkan! Jadi hidup harus dinikmati dulu sebaik-baiknya bagi kemajuan lahir dan batin (spiritual).
Weda yang satu ini berwacana, bahwasanya unsur-unsur Ilahi yang suci (Bhagawatam), adalah penunjang utama untuk menggapai usia yang panjang namun sehat. Unsur-unsur suci ini menjaga manusia dari berbagai rintangan yang selalu siap menjegal di setiap sudut dan ruang waktu sewaktu kita alpa dan lalai akan hakikat anugrah kehidupan ini.
Bayangkan di Weda ini ada keterangan-keterangan menakjubkan yang baru terungkap di sains modern dewasa ini seperti manfaat susu dari sapi yang berkulit hitam-legam lebih prima daripada susu dari sapi yang berwarna lain. Ada juga manfaat emas dan berbagai logam bagi kesehatan tubuh. Perhatikan di pasaran kini banyak diperjual-belikan gelang dan kalung-kalung magnetik bagi kesembuhan. Ada juga ajaran secara psikologis yang harus dikombinasikan yaitu yang berhubungan dengan prilaku kita sehari-hari seperti berbuat baik, bersandar pada kebenaran, perbuatan-perbuatan positif, pikiran-pikiran mulia, menjauhkan diri dari berbagai stress dan pikiran-pilkran negatif dan berprilaku ahimsa (non-violence, tanpa kekerasan).
Hadir juga di Atharva-Veda, resep-resep herbal khusus (jamu), puasa, pranayama, dhyana (Samadhi), menggunakan energi matahari dan rembulan, api dan air, udara dan ether, bumi, kayu, dst. Pada masa kini manusia membabat bumi habis-habisan, tanpa sadar hampir seluruh mata rantai sumber-sumber kehidupan ikut dimusnahkan, itu berarti sebentar lagi kitapun akan gosong-total oleh pemanasan global. (Saat ini di Kuwait City sudah mencapai 49 ºC, Mekah 45 ºC, Bagdad 47 ºC, New Delhi 42 ºC, Jakarta 39 ºC, dsb)
Muncullah berbagai resistensi penyakit karena mata rantai dalam bentuk bakteri, kuman, flora, fauna dsb ikut hilang dari atas bumi dan lautan. Manusia sedang menggali lubang kuburnya sendiri dan juga bagi anak-anak dan cucu-cucunya!. Berbagai penyakit baru seperti HIV, Ebola, dsb jadi mendadak hadir dan merusak tatanan kesehatan kita belum lagi kanker kulit yang akan merajalela, di Australia dan Israel.
Atharva-Veda, menyatakan semua itu seyogyanya dapat tereliminasi melalui perilaku-perilaku positif kita dan rasa toleransi ke bumi dan lingkungan kita. Di atas semua itu hadir juga berbagai mantra-mantra yang dapat menimbulkan energi-energi positif yang dapat menghilangkan efek-efek negatif polusi, bencana alam, dsb. Resi Yoga-Vasistha pernah mengajarkan mantram-mantram suci yang disebut sebagai rangkaian mantram Bhusukta. Atharva adalah putra beliau, yang kemudian menulis dan merangkum ajaran-ajaran Resi Yoga –Vasistha dan dikenal saat ini sebagai Atharva-Veda.
Menurut Vishnu-Purana, Atharva-Veda adalah ungkapan “ilmu pengetahuan para resi yang merupakan hasil evolusi dari meditasi mereka”. Atharva-Veda lebih lanjut sabda purana ini menyumbangkan ilmu-ilmu asal para resi-resi yang masing-masing bernama: Sumanta, Kabandha, Jaimine, Dewadarsa, Pathya, Madha, Brahmabali, Soutyayani, Pippalada, Jabali, Kumudadi, Sounaka, Saindhawa dan Manjukesi, dst.
Para resi ini dalam wacana-wacana dan mantram-mantramnya berkata banyak tentang nilai-nilai positif demi mencegah terjadinya polusi, perubahan cuaca drastis, dsb ribuan tahun yang lalu, toh umat manusia yang jumlahnya 6.5 milyar ini merusak tatanan bumi ini tanpa ampun karena jumlah penduduk yang makin miskin dan awidya makin meluas.
Berbagai ajaran-ajaran, hikayat-hikayat, tabu-tabu, pamali-pamali dsb hadir di Weda ini agar manusia menjauhi perusakan bumi, karena bagi para resi pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan.
Salah satu mantra bahkan berbunyi: “ Madhuvataritayate-bhawantunah “ yang bermakna amat luas yaitu : “ Semoga semua memusiman, sungai-sungai, samudra, pagi dan malam, debu-debu bumi ini, langit, kosmologi, dunia fauna dan flora (botanical world), surya, sapi-sapi dilimpahi nektar suci (madu yang manis). Selanjutnya Atharva-Veda melarang manusia untuk mempolusi air sungai dan lautan dengan buang air besar dan kecil, bahkan bersanggama atau meludah di airpun dilarang! Nilai-nilai ini sebenarnya hadir sampai sekarang di India dan Nusantara dalam ajaran-ajaran Karuhun dan lontar-lontar kita pada masa lampau.
Air dibumi ini disebut nektar atau madu yang manis, tidak boleh tercemar sedikitpun. Para resi sering melantunkan puja dan puji: “ Semoga tirta (air) memurnikan bumi dan selanjutnya semoga bumi memurnikan diri kami, semesta raya dan berbagai racun-racun yang kami konsumsi baik yang tertinggal di dalam tubuh kami dan maupun yang tersisa di luar tubuh kami; Mantram agar bencana alam dijauhkan berbunyi: “Rtasadhratathamagnin gandharvah – Swaha”. Dapat diucapkan 108x melalui agni hotra (homa) yang amat kecil, sederhana dan tanpa polusi, (diajarkan oleh shanty griya). Sebenarnya mekanisme cahaya mentari (surya), dan mentari (bulan), setiap hari membersihkan bumi ini, sayang ozon sudah rusak jadi mekanisme ini ikut rusak juga.
Padahal berbagai Weda menyiratkan bahwasanya aksi atau perbuatan-perbuatan (karma) yang baik akan menghasilkan pahala yang baik dan demikian juga sebaliknya. Berbagai ajaran akan proteksi flora dan fauna, bumi dan lingkungan yang bersumber pada Vedanta dan berbagai Puranas juga disiratkan oleh Kristus di Bible Of The Essenes, dan oleh Nabi Muhamad di berbagai hadis-hadisnya, warna simbolik Islam adalah hijau (kehijauan) dan bab-bab Al-Quran-Al-Karim banyak bersamaan dengan ajaran Raja Vikramaditya, seperti ayat kursi, lebah, semut, dsb.
Dr. Vidula Subrahmanyam Ph.D, dalam salah satu makalahnya menulis betapa pentingnya weda-weda ini bagi umat manusia di jaman Krta, Treta, Dwapara dan Kali-Yuga ini agar dapat mencapai kedamaian abadi, kesucian dan kesehatan prima setiap individu yang memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran ini! Kata Beliau Atharva-Veda adalah payung emas di jaman Kali ini seandainya difahami dengan baik, untuk melestarikan kembali bumi dan segala isinya. Dengan demikian derajat manusia dapat terangkat kembali ke level yang suci dan agung (divine). Keempat weda berisikan ajaran-ajaran yang berunsurkan “micro-atomic structure” yang senantiasa berkembang penalarannya sepanjang jalan, khususnya di era Kali-Yuga yang penuh dengan inovasi tehnologi dan sains.
Atharva-Veda, wedanya ilmu-ilmu pengetahuan ini terdiri dari 20 bab dengan 731 suktas (plus 5987 mantras). Dulunya para pendiri Barat menyatakan bahwasanya weda ini bersifat primitif dan kekanak-kanakan. Namun sekarang sebagian besar para ahli ini justru kagum. Albert Einstein sendiri menyebut penemuannya di bidang atom bersumber pada ajaran-ajaran weda! Nah, Saudara-saudaraku kaum dharmais, apakah anda masih tertarik mempolusi bumi ini tanpa memperhatikan kelangsungan hidup anak-cucu kita nanti? Atau seperti anjuran Dr Fatah Singh, seorang peneliti Hindu (Sikh) yang menulis agar kita segera berubah menjadi manusia-manusia universal berdasarkan ajaran-ajaran Atharva-Veda ini. Beliau menyarankan untuk belajar “gisnu-yoga”, yoga pengendalian diri yang berdasarkan ajaran-ajaran weda seperti:
Kebenaran yang dijabarkan secara luas, Kebenaran dalam bentuk-bentuk dinamis, Kesadaran spiritual, bakti sebagai kewajiban-kewajiban duniawi, menyadari adanya prinsip-prinsip ekspansi semesta dan bakti sosial ke sesama mahluk dengan penyucian diri dan alam sekitar kita sendiri.
mohan m.s
Cisarua, 5 sept 2008
diedit oleh ; antonina uvi
bibliography : yoga sudha 1993