Arsip Kategori: Uncategorized
bali shanti wellness package
Ajaran Sri Yesus
AJARAN SRI YESUS
Konsep kepercayaan di dalam agama Kristen mengatakan : “Penebusan dosa di dunia yang menderita ini ditanggung melalui kematian Yesus Kristus”, namun Holger Kersten mengatakan : “Doktrin dari Kekristenan tradisional hampir secara eksklusif merupakan ide-ide palsu Paulus, dan tidak penah disebarkan oleh Sri Yesus dalam bentuk seperti itu.”
Paulus mengajarkan bahwasanya inti ajaran Yesus berpusat pada kematiannya, yang membebaskan orang-orang yang beriman dari dosa mereka, dari kesengsaraan dan dari kekuatan setan. Sebenarnya tidak satu katapun yang ditulis Paulus dan surat-suratnya merupakan ajaran Yesus yang sebenarnya, Paulus juga tidak pernah menyebut suatu cerita perumpamaan yang dipaparkan Yesus; sebaliknya ia hanya menyebarkan filsafat serta ide-ide pribadinya sendiri. Kalau kita simak dengan baik, maka Yesus Kristus adalah seorang Asia, namun “ajaran-ajaran-Nya malahan diperkaya oleh orang-orang Eropah, dan seakan-akan merupakan Nabinya orang Eropah daripada orang Asia.” Lihat saja perayaan Natal yang amat Eropah-sentris daripada Asia-sentris.
Holger selanjutnya berkata : ”Jadi Paulus adalah seorang guru manusia yang mengubah “berita sukacita” menjadi “berita ancaman” dan menyiratkan bahwa “hanya itu saja” yang dapat menunjukkan jalan menuju keselamatan.” Dengan kata lain Holger ingin mengatakan ajaran Yesus telah “diplintir atau dikorupsi” oleh Paulus untuk maksud-maksud tertentu. Apalagi pada saat penyaliban Sri Yesus, semua murid-muridnya berubah menjadi pengecut, ada yang menjualnya, dan yang lainnya bersembunyi, membiarkan sang guru disalib tak berdaya tanpa ada yang mau membela atau berkorban demi Sri Yesus, hal ini mungkin adalah hal yang paling menyakitkan dan merupakan aib terbesar para murid-muridnya sehingga Yesus memutuskan kembali ke India, demikian kesimpulan sementara peneliti India, di India Beliau ternyata diterima kembali dengan tangan terbuka.
Dewasa ini, agama Kristen konon telah terpecah-pecah menjadi lebih dari 3200 sekte-sekte di dunia, masing-masing mengklaim kebenaran dan keselamatan melalui tafsir-tafsir mereka sendiri. Ada yang pernah menjual paspor ke sorga, ada yang pernah mengkapling-kapling bumi dan menjajah berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin, dan membunuh jutaan manusia di kawasan-kawasan ini atas nama Yesus Kristus. Di Jakarta saat ini ada ratusan Hindu India yang “terhipnotis dan terkena brain-washing” dan demi uang dan keuntungan mereka merubah agama mereka. Mereka ini boleh mejalankan adat-istiadat Hindu seperti perkawinan, kematian, dsb tetapi semua buku-buku suci mereka termasuk alat-alat sembahyang dan arca-arca dibuang atau dihancurkan. Namun setelah itu masuklah ke-rumah-rumah para penganut baru ini gambar-gambar Yesus dsb yang sebenarnya diharamkan oleh Sri Yesus itu sendiri, karena apa bedanya sebuah arca dan sebuah gambar. Tempat-tempat pemujaan Kristiani gaya ini dibangun di apartemen, ruang toko bagian atas dan tempat-tempat yang tidak dicurigai penduduk setempat. Yang aneh pada perayaan Imlek kali ini, upacara Imlek masuk gereja dan ditampilkan di media elektronik. Ajaran Yesus seperti hukum sebab-akibat, Sermon on the mount, meditasi dan kehidupan kembali malah kurang diperhatikan. Pokoknya setiap penganut wajib membayar 10 persen dari income mereka ke gereja, dan sebaliknya gereja mengakomodasi massa untuk berbelanja di tempat-tempat umat Hindu dan Buddhis ini. Bahkan supir dan pembantu rumah tangga yang sudah dikristenkan pun melayani kaum kaya yang mau masuk ke agama Kristen ini.
Demikianlah sekilas data-data yang ada di India, Tibet, Ladakh, Kashmir, Pakistan dan Afghanistan. Diperlukan ribuan halaman dan ratusan peneliti dalam bidang theologi, agama, dsb. untuk menjelaskan berbagai fakta-fakta semua agama yang belum terungkap dengan jelas, agar umat manusia dapat disadarkan bahwasanya kita umat manusia adalah satu ras bangsa sesuai ajaran-ajaran yang ada di Veda-Veda, di Taurat, Injil, dan Al-Quran, dengan berbagai nabi-nabi yang diturunkan-Nya dari masa ke masa untuk berbagai suku bangsa yang teramat bhineka ini. Kesemuanya agar menjadi pemersatu dan pengagum Keagungan Tuhan Yang Maha Esa, bukan dengan saling menjelek-jelekkan atau saling berperang demi nafsu pribadi atau kebodohan-kebodohan pribadi. Nabi agama yang satu ternyata bisa saja merupakan Nabi umat yang lain, contohnya Nabi Adam dan Ibrahim apalagi Nabi Nuh adalah milik semua umat manusia. Demikianlah hormat kami kepada semua nabi dan umat-umatnya, kepada semua ajaran-ajaran agung di mana saja.
Pengaruh Hindu-Buddhis juga masuk ke China seperti yang kita ketahui selama ini. Ajaran Bunda Saraswati menjadi ajaran Kwan-Im, ajaran Buddha dan para bodhisatwa pun masuk ke China, Korea dan Jepang dst. China sendiri juga memiliki Nabi-Nabi yang budiman dan dashyat, seperti Lao Tse, Kong Ho Cu, para dewa-dewa China seperti Yam-Lo-Ong, dsb. Perpaduan antara Dharma dari India dan agama lokal di China menghasilkan suatu budaya bangsa yang hebat. Konon sewaktu saya ke Kanada pada tahun 2001, maka sejarah bangsa Indian membuktikan adanya pengaruh Hindu-Buddhist dalam budaya America-Indian dengan berbagai situs-situs arkeologi di Mexico, Peru, Bolivia dan sebagainya yang dikenal dengan nama budaya Aztec, Peruvian, dsb. Di daerah Solo, sedang dibangun sebuah kawasan yang disebut Sonosewu, di mana semua miniatur Hindu-Buddis dari seluruh dunia dihadirkan di kawasan ini, termasuk yang dari Amerika Latin, Hawai, Fiji, dst.
Sebelum penulis mengakhiri tulisan ini, ingin saya sarankan kepada umat Hindu Dharma di Indonesia untuk sekali-kali membuka Injil bagian Wahyu (revelation). Anda akan terkejut karena Kalikin-Purana ternyata hadir di bab ini hampir secara utuh. Di Wahyu, Yesus menegaskan bahwasanya Ia akan kembali sebagai pengantin pria yang didampingi oleh pengantin wanita dan akan menumpas habis iblis dsb. Karya ini persis seperti kelahiran Vishnu yang akan datang yaitu Kalikin yang menunggang kuda dan menebas habis kejahatan yang amat memuncak di zaman kali. Teori Purusha dan Prakirti Hindu hadir tersirat dengan nyata di karya Wahyu ini, tetapi umumnya para pendeta Kristiani menolak menjabarkan yang satu ini, entah karena mereka tidak berani atau karena bertolak-belakang dengan teori keselamatan yang mereka suguhkan secara indah. Terus terang di Wahyu Yesus akan menumpas seluruh unsur-unsur kemunafikan, kejahatan dan sifat-sifat iblis yang hadir di muka bumi ini tanpa kompromi apapun juga.
Mungkin sudah waktunya kaum Hindu membentuk sebuah forum solidaritas antar agama dan sekte-sekte yang hadir di Indonesia untuk mengatasi berbagai friksi-friksi yang ditimbulkan melalui pelecehan-pelecehan yang terjadi di India, Indonesia, Denmark, dst agar dapat kita selesaikan secara pro-aktif dan damai, karena mengacu ke arah kesatuan ras bangsa dunia ini yang juga satu adanya dan disebut Homo-Sapien Erectus yang adalah kita semua ini. Setiap pemuka agama dari golongan manapun juga harus berani menegur dan menindak umatnya yang kurang ajar terhadap umat lain atau agama lain. Jangan umat sendiri didiamkan, tetapi kalau dicubit umat lain lalu ramai-ramai merusak. Pengaturan etika beragama yang benar, tanpa mencuri umat lain harus diatur oleh kita untuk kita juga. Hal-hal yang bersifat komersil dalam agama manapun harus kita buang jauh-jauh dan para ulama harus saling berkunjung dan berwacana ke umat-umat lain demi terjalinnya tali persaudaraan di antara kita, yang kemudian akan diteladani oleh umat awam; atau kita semua akan mendapatkan laknat dari-Nya.
Coba diperhatikan dan dipelajari dengan baik. Seratus atau dua ratus tahun ke depan, apakah agama-agama masih akan eksis, kalau “produksi”nya masih seperti sekarang ini ? Melihat perkembangan agama Nasrani yang makin merosot dan hampir punah di kawasan Eropah, Amerika (USA), dan Australia, maka jelas sudah peranan agama akan diambil alih oleh sains dan teknologi di masa depan.
Kaum Hindu di Indonesia harus belajar dari berbagai fenomena yang kasat mata ini. Berbagai ritual yang konsumtif akan segera menghilang dari penalaran kaum muda, apa kita sudah menyediakan media alternatif Hindu yang bernuansa ke depan ? Di masa depan kata para ahli, Tuhan akan dihayati melalui sains dan teknologi, dengan kata lain agama masa depan lebih praktis dan lebih logis. Filosofi plus “spiritual-knowledge” saja. Lalu apa yang sudah disiapkan oleh PHDI, dan para cendekiawan Hindu di Indonesia untuk anak-cucu kita ?.
Di India para resi-resi modern menekankan pada ajaran-ajaran spiritual dan filosofi tanpa bertentangan dengan sains dan teknologi, karena Dewa Brahma adalah dewanya Teknologi, lihat berbagai perlengkapan pertukangan di atas singgasananya, sedang Ganeshya membuka horizon kita ke arah ilmu pengetahuan bumi dan universal (skala dan niskala), tanpa Beliau tidak ada upacara yang sah. Itu berarti ilmu pengetahuan lebih diutamakan daripada ritual-ritual. Sri Krishna bersabda yagna yang paling utama adalah Yagna dalam bentuk ilmu-pengetahuan. Anak-anak muda saat ini sudah piawai dalam mengelola komputer dan HP, yang di masa lalu disebut cupu dan penglihatan Wyasa. Sekarang Wyasa sudah hadir di era teknologi dalam bentuk pengetahuan dan perangkat yang canggih. Beliau tidak perlu lagi menghadirkan Mahabharata kepada Dristarata dari jarak jauh, karena media elektronik sudah mengambil-alih peran tersebut. Lalu apakah kita masih akan tetap dungu dan terikat kepada sistem kasta, dsb ?. Saya yakin kalau sebutan Widhi yang berarti pengetahuan luas tidak dijabarkan secara baik. Kaum muda menjadi resah melihat kaum tua ibarat “keledai dungu” yang melenguh tiada henti-hentinya tetapi telah ketinggalan jaman di era teknologi yang makin hari makin tidak terkejar ini.
Prediksi Kali-Yuga mengatakan dharma yang berkaki satu akan menang di atas adharma yang berkaki tiga (kebodohan, keangkuhan dan kejahatan). Namun yang memiliki Widya (ilmu-pengetahuan) akan berada di atas ketiga faktor ini. Lalu apakah hal ini sudah dihayati oleh kaum cerdik-pandai kita atau hanya sibuk berseminar dengan pepesan kayu kosong, atau sibuk melaksanakan ritual-ritual dengan biaya mahal ? Untuk itu ikuti sabda Dalai Lama yang hidup di Dharmasala, yang mengatakan agar kita juga belajar dari berbagai praktek positif umat agama lain dan lalu aplikasikan ke agama kita kalau perlu demi lestarinya dharma kita sendiri.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Mohan M. S.
Shantigriya Ganeshya Pooja
Cisarua, 20 Januari 2006
Nabi Daud (David)
NABI DAUD (DAVID)
Di kitab Perjanjian Lama, kisah Nabi Daud amat mirip dengan kisah pergulatan (peperangan) Dewa Murugen yang melawan seorang Asura. Bedanya Murugen melawan raksasa yang amat besar di kawasan Indraloka, padahal tubuhnya amat kecil, dan akhirnya memenangkan pertempuran dan diangkat menjadi panglima perangnya para dewa dengan nama Skanda, dan hidupnya senantiasa sebagai seorang brahmacharya, berumur di bawah enam tahun. Beliau dipuja di setiap kuil Shiwa dan Durga disamping dewa-dewa Navagraha dan Sri Ganeshya. Di Israel Nabi Daud juga bertubuh pendek sekali, beliau mengalahkan seorang raksasa yang mengganggu kaumnya di muka bumi ini. Setelah kemenangannya Beliau beristrikan 99 wanita dengan alasan pada masa itu belum ada peraturan tentang perkawinan. Sewaktu ingin mempersunting istri yang keseratus, Nabi Daud ditegur Malaikat dan ia pun mengurungkan niatnya tersebut. Kedua tokoh ini mempunyai simbol yang amat mirip. Perhatikan di bawah ini :
Simbol Murgen (cakram 6 sudut)
plus mantram
Simbol Nabi Daud (sekarang bendera Israel)
(mantram sudah dibuang)
Simbol Nabi Daud entah apa sebabnya menghilangkan mantra-mantranya, akibatnya cakram tersebut menjadi wahana perang adharma sampai masa kini. Kaum Hindu percaya selama mantram tidak direhabilitasi maka perang di Timur-Tengah antara anak-cucu Ibrahim tidak akan pernah berhenti, karena umat-umat ini sudah terkutuk dari masa ke masa akibat tidak beriman kepada Yang Maha Esa secara total. Sebaliknya simbol Murgen adalah perang dharma, yang secara simbolis harus dimulai dari diri sendiri seperti yang terdapat dalam sabda-sabda Nabi Muhammad S.A.W. Meditasi ke arah Dewa Murgen secara tulus di bawah seorang guru spiritual yang handal akan menghasilkan kebangkitan Kundalini murni. Dan hal itu teramat sulit baik secara filosofis maupun ritual. Jadi tidak ada itu pembangkitan Kundalini yang dijual para instruktur lokal baik di India maupun Indonesia atau manapun juga, karena dapat menimbulkan ketidak-stabilan buat jiwa dan raga. Ilmu meditasi seperti yang pernah disebut-sebut di bab sebelumnya bersifat amat rahasia (rahasya) dan hanya diturunkan secara hati-hati kepada yang terpilih saja. Dewa Murgen di Bali disebut Kumara.
Perjanjian Lama tidak menyebut dari mana datang kesaktian Nabi Daud, tetapi Shastra –Widhi Hindu mengisyaratkan bahwasanya Dewa Murgen pernah berkelana di Timur-Tengah dan menjadi guru spiritual Nabi Daud (baca Enclopaedia tentang Sri Ganeshya, juga legenda Ganeshya dan Murgeshen). Sewaktu tenaga inti Kundalini bangkit di dalam seseorang, maka tubuh orang tersebut tidak dapat luka sedikitpun. Bangkitlah kesaktian aneka rupa dalam tubuh manusia itu, juga bersamaan bangkit juga nafsu sex yang amat tinggi, karena kedua faktor tersebut hadir di Muladhara Cakra tubuh setiap manusia. Kesaktian adalah sisi lain dari seks itu sendiri. Seks adalah daya cipta agung setiap manusia. Bayangkan ada satu Atman dalam setiap sel spermatozoa, dan setiap pria punya jutaan sel setiap harinya. Melalui praktek brahmachari dan meditasi spiritual gaib, maka dapat dihasilkan teja dan oja melalui pengekangan seperti yang dialami para dewa dan resi-resi di zaman lampau.
Ternyata putra Daud, yaitu Nabi Sulaeman juga pemuja Shiwa Mahadewa dan juga mendapatkan berkah tersendiri dari dewa Murgen. Lambang Murgen adalah Merak dan tangkai pena, yang secara simbolis berarti keindahan dan kebijaksanaan yang terselubung atau didampingi oleh ilmu-pengetahuan. Dewa Murgen dapat berbahasa dalam semua bahasa fauna dan flora. Demikian juga berkah yang didapatkan Raja/Nabi Sulaeman (Solomon) ini. Sekali lagi dalam bahasa setempat Solomon berarti “berkah dari Tuhan.” Berkah tersebut adalah mampu berbahasa semua jenis fauna dan flora, jin dan malaikat. Raja ini disebut raja Vikramaditya di India yang jajahannya sampai ke jazirah Arabia, dan ikut membangun kembali Kabah, dan membawa kembali agama yang benar (agama Veda-Veda) ke wangsa Arabia pada eranya.
Konon setelah berpulangnya Nabi Daud, ada 10 suku Israel yang dikabarkan menghilang. Namun para ahli barat, seperti pendeta Joseph Wolf, (sarjana hukum dan teologi), sersan Riley, seorang sarjana Perancis, G.T Vigne, Dr. James Bryce, Keith Johnson, A. Burnes, Dr. George Moore, dsb. masing-masing berargumentasi bahwasanya kesepuluh suku Israel yang hilang ini telah meninggalkan jejak-jejak mereka di Afghan, China, Iraq, dan Kashmir. Namun mayoritas peneliti condong ke Afghan dan Kashmir (keduanya adalah wilayah India juga pada masa lalu). Banyaknya kata-kata yang mirip dalam bahasa Kashmir dan Ibrani (Hewbrew) menambah bukti adanya hubungan antar dua wangsa ini. Di bawah ini, sebagian kecil kata-kata ini kami hadirkan seperti berikut :
NO. NAMA DALAM BAHASA kASHMIRI NAMA
ALKITABIAH REFERENSI
AL-KITAB
1 Amal Amal Tawarikh 7:35
2 Asheria Asher Kejadian 30:13
3 Attai Attai 1 Tawarikh 12:11
4 Bal Baal 1 Tawarikh 5:5
5 Bala Balah Yosua 19:3
6 Bera Beerah 1 Tawarikh 5:6
7 Gabba Gaba Yosua 18:24
8 Gaddi Gaddi Bilangan 13:11
9 Gani Guni 1 Tawarikh 7:13
10 Gomer Gomer Kejadian 10:2
Dan masih amat banyak lagi. Kemudian bandingkanlah nama-nama berbagai lokasi di bawah ini :
NO. TEMPAT DI KASHMIR NAMA PROPINSI DI ALKITAB REFERENSI
AL-KITAB
1 Agum Kulgam Agur Amsal 30:1
2 Ajas Srinagar Ajah Kejadian 36:24
3 Amom Anantnag Amon 1 Raja-raja 22:36
4 Amariah Srinagar Amariah 1 Tawarikh 23:19
5 Aror Awantipur Baalpeor Bilangan 25:3
6 Behatpoor Handwara Bethpoor Bilangan 34:6
7 Birsu Awantipur Birsha Kejadian 14:2
8 Harwan Srinagar Haran 2 Raja-raja 19:12
Dan seterusnya dan seterusnya. Perhatikan sekali lagi kata Haran (daerah asal menjangan, bukankah Sir Stamford Raffles, membawa menjangan-menjangan langka ini dari Kashmir dan mengembang-biakkan di Bogor ?, konon sekarang malahan dijadikan sate menjangan di kawasan Cisarua, setelah dipromosikan oleh Gus Dur). Padahal menjangan-menjangan ini berasal dari tempat kelahiran Nabi Ibrahim.
Penduduk Kashmir berbeda dari ras-ras lainnya di India. Mereka umumnya bermata biru dan coklat. Karakter dan penampilan mereka, budaya dan cara hidup dan bermasyarakat masih terjaga dari dahulu sampai sekarang, dan semua kebiasaan ini menurut para peneliti sangat identik dengan kaum Israel di Timur-Tengah. Misalnya kesamaan penutup kepala pria (Jarmulka) sampai cara baris-berbaris yang masih sama. Di Israel dan di Kashmir seorang wanita yang baru melahirkan dilarang mandi selama 40 hari, suatu budaya amat kuno di zaman Vedik. Selain bentuk-bentuk makam yang sama, janganlah kaget kalau banyak pemuda Israel yang sekarang ke Kashmir untuk menyelusuri jejak nenek-moyang mereka, apalagi bahasa mereka amat mirip dengan bahasa Kashmiri.
Nabi Isa (Jesus Kristus), Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim dalam jajaran Sanatana-Dharma
NABI ISA (JESUS KRISTUS),
NABI MUSA, DAN NABI IBRAHIM DALAM
JAJARAN SANATANA-DHARMA
Menurut para ahli Bible (Injil), maka terdapat 52 versi Injil yang hadir di Timur-Tengah dan Eropah, dan tidak semuanya memuat sabda-sabda suci Sri Yesus itu sendiri. Demikian juga dengan berbagai terjemahan-terjemahannya, yang bahkan diterjemahkan ke bahasa Papua dan Bali, berbagai dialek India dan Indonesia, yang makin lama makin kabur makna-makna aslinya karena tidak diterjemahkan dengan profesional. Huruf-huruf yang teramat kecil tanpa teks asli sabda-sabda Yesus membuat para ahli bingung akan keabsahan naskah-naskah Bible dalam berbagai versi ini, apalagi agama Kristen ini sudah pecah menjadi 3200 sekte yang setiap sektenya mengklaim ajaran Kristennya yang benar. Masih untung tersisa sedikit di-sana-sini berbagai ajaran Sri Yesus yang bersifat universal, namun amat tercerai-berai karena ada sedemikian banyak versi. Dari kesemuanya yang masih dianggap asli, maka para ahli menyimpulkan adanya kesamaan ajaran Hindu akan “agama yang lurus dan lempang” yaitu agama kebenaran yang selaras ke bawah dengan agama Islam dalam intinya namun berbeda ritual-ritual dan beberapa prinsip dasarnya. Kemudian ke atas selaras sekali dengan ajaran Nabi Musa, Ibrahim, Nuh, Adam dan lebih ke atas lagi amat mirip dengan ajaran Sang Buddha dan berbagai ajaran yang hadir di Sanatana Dharma itu sendiri. Mathius (3:10) menyabdakan hukum karma secara tersirat :
“Dan saat tampak itupun diletakkan di akar pohon
tersebut, oleh sebab itu setiap pepohonan yang
tidak menghasilkan buah (pahala) yang baik akan
ditebang jatuh dan dibuang ke dalam api.”
Penulis tidak akan terlalu banyak menerangkan tentang Bible di bab ini, namun menekankan kepada sedikit catatan-catatan yang hadir di perpustakaan kaum Hindu dan Buddhis, khususnya mengenai hadirnya Sri Yesus itu sendiri baik di masa-masa muda, maupun di masa tuanya di India, Sindh (Pakistan saat ini), Afganistan dan Tibet serta Ladakh (negara bagian India), dsb. Bagi umat Hindu sendiri keberadaan Sri Yesus sudah diketahui semenjak 2000 tahun yang lalu, sampai kini masih tersisa puluhan yogi yang tinggal di pegunungan Himalaya dan Kashmir yang mengaku sebagai turunan maupun pengikut Kristus, namun perilaku mereka tidak berbeda jauh dari rekan-rekan yogi Hindu dan senantiasa hidup mengembara dan bercampur dengan kaum suci Hindu maupum Muslim. Kaum Dharma di India mengakui Sri Yesus Kristus sebagai seorang Yogi yang teramat agung dengan segala kekuatan-kekuatan super-naturalnya ibarat seorang Avatara, bukan seperti Yesus yang disalib. Hal ini didasarkan akan perilaku dan kesaktian Beliau yang amat mirip dengan para kaum suci Hindu-Buddhis dan menjurus ke perilaku Avatara yang sesungguhnya, namun belum dapat dijelaskan Avatara siapa, walaupun nama Isa sinonim dengan Shiwa. Ajaran Beliau “Sermon on the mount (khotbah di atas bukit)” jelas mirip dengan ajaran 8 roda dharmanya Sang Buddha.
Namun Sri Yesus mengalami pembaptisan oleh Yahya Sang Pembaptis, mirip sekali dengan pembaptisan umat Hindu yaitu dimalukat di sebuah sungai yang dianggap sakral. Ada ahli yang mengatakan metode pembaptisan ini mirip ritual kaum Essenes (Yogi-Shivais) yang hadir sebelum Yesus lahir di Betlehem, dan Yahya adalah kaum ini juga, perhatikan baju yang dipakainya hanyalah kulit harimau yang menutupi bagian aurat dan perutnya saja, dengan jenggot yang lebat dan tanpa harta duniawi sedikitpun. Yahya hidup sebagai Brahmacharya (selibat) seperti umumnya kaum Hindu yang suci. Demikian juga halnya dengan Yesus dan murid-muridnya yang hidup serba sederhana dan hidup dari pemberian amal umat yang meyakini ajaran dan muzizat-muzizatnya. Sebaliknya kaum paus di Vatican hidupnya serba wah-wah, memakai jubah kebesaran, tahta, singgasana, dsb. yang jauh dari amanat dan ajaran Yesus untuk meninggalkan hal-hal yang berbau duniawi ini. Tidak mengherankan kalau di era ini umat Eropah, Amerika dan Australia serta Kanada telah meninggalkan gereja karena muak dengan perilaku yang amat bertentangan dengan ajaran-agung-Nya. Al-Quran-Al-Karim mengakui keberadaan Sri Yesus yang disebutnya Nabi Isa (Issa). Di dalam ajaran yang mulia ini Yesus disebut-sebut sebagai penganut ajaran yang lurus dan lempang dalam kesatuan jajaran Musa, Ibrahim, Nuh dan Nabi Adam. Beliau hadir sekitar 600 tahun sebelum Nabi Muhammad S.A.W.
Para peneliti abad ini dan abad-abad sebelumnya banyak yang berpendapat bahwa Nabi Ibrahim (Abraham = Brahmana), leluhur bani Israel sebenarnya adalah seorang individu historis dan spiritual agung yang dilahirkan sekitar 700 tahun sebelum Yesus. Kemudian pada era itu Tuhan yang diyakininya, yang dalam bahasa Ibrani (Israel) memerintahkannya : “Pergilah dari negerimu dan dari sanak-saudaramu dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu.” (Kejadian 12:1).
Ada sebuah teori yang diajukan oleh seorang ahli barat bernama Blavatsky; ia mengatakan asal-usul Nabi Ibrahim adalah daerah India kuno karena fonetik kuna bahasa Sansekerta hadir terserap di dalam bahasa Ibrani. Namun di samping itu bukankah huruf-huruf Ibrani adalah kemiripan dari huruf-huruf Pali ?. Dalam bukunya yang berjudul “ The Secret Doctrine” (Doktrin Rahasia), H.P. Blatvasky menunjukkan bahwasanya asal-usul wangsa Israel kuno adalah kaum Chandala (kafir berat, versi Hindu), yaitu sebuah bentuk status masyarakat yang paling rendah, tanpa etika dan moral, bahkan ada yang pemakan daging manusia dan gemar melakukan hubungan incest, sodomi, dsb. Teori ini sebenarnya merupakan pengetahuan umum di India. Pada era-era tersebut Nusantara dibangun secara dashyat oleh para raja-raja Hindu, namun dalam perjalanan mereka melalui jalan laut, banyak keluarga Chandala dibuang ke jazirah Arab, sewaktu ekpedisi Hindu ini melalui teluk Arabia. Dan hal ini berlaku dari era Rama sampai ke era Pandawa dan seterusnya antara 4000 tahun sampai 3000 tahun yang lalu. Sewaktu kaum Chandala dibuang ke daerah ini, diberikan kepada mereka bibit-bibit tumbuh-tumbuhan, Veda-Veda, Vedanta, Upanishad, pengetahuan membangun rumah, hewan peliharaan, dsb. Pada masa itu kaum Hindu tidak memakan babi karena dianggap kotor (tamasik). Menurut catatan yang ada di India, maka hewan seperti itik, kerbau tidak dapat bertahan hidup karena faktor geologi, namun kambing dan sapi serta anjing bertahan dengan baik. Pada era itu para pria Chandala disunat oleh kaum yang membuangnya dengan alasan agar tidak bercampur dengan kasta-kasta yang lain. Hal tersebut malahan menjadi hikmah tersembunyi untuk kebersihan genital mereka karena sulitnya air di kawasan tersebut. Kedua kebiasaan ini yaitu, pantang memakan babi dan sunat menjadi tradisi turun-temurun di Timur-Tengah sampai saat ini. Sunat dalam pelaksanaannya adalah wajib bagi kaum Israel, tidak dianjurkan dalam agama Kristen dan sunah dalam agama Islam.
Ternyata para Chandala ini sebagian terdiri dari kaum kasta brahmana dan berbagai golongan kasta-kasta yang lain yang terhukum karena berbagai kasus kriminal dan perbudakan di era itu. Sementara dari mereka mengambil perlindungan di daerah Chaldea Aria (kini Iran), di Sindh (kini Pakistan) dan seterusnya melanglang melalui Khyber-pass ke jazirah Israel pada awal 8000 tahun sebelum Masehi, itulah eksodus awal mereka yang sesuai dengan zaman Sri Rama.
Menurut kitab Perjanjian Lama, maka Nabi Ibrahim berasal dari sebuah negara di Timur, dari ras bangsa Terah, dan pada saat itu Ibrahim menyembah Allah yang lain (perhatikan kata Allah yang sudah ada pada masa itu),(Yosua 24:2-3). Berdasarkan kitab Kejadian II-32, Abraham (Ibrahim) berasal dari daerah yang disebut Haran (berarti menjangan, daerah yang banyak menjangannya), yang adalah pemukiman kecil di India Utara, yang sampai saat ini tetap dikenal dengan nama kota Haran, tidak jauh dari kota Srinagar di Kashmir, India. Kata Haran ini lalu diabadikan sebagai nama sebuah daerah di sebelah barat laut Mesopotamia oleh Nabi Ibrahim. Kata “Ibrani” sendiri berarti “orang-orang yang tidak mempunyai kediaman tetap dan tidak memiliki hak-hak yang permanen” yang berarti bangsa Israel.
Sedangkan kata Manu, manus (manusia), di Mesir berubah menjadi Manes (pencetus hukum = Nuh), sedangkan kata Minos berarti bangsa Kreta yang belajar hukum di Mesir. Musa, pencetus 10 firman Allah di zamannya itu, mendeklarasikan bentuk-bentuk hukum baru yang harus dipatuhi masyarakat Israel. Manu sendiri dalam bahasa Sansekerta juga berarti “manusia sempurna pencetus hukum”. Kitab-sucinya disebut Manawa Dharma Shastra, yang berisikan hukum-hukum secara amat tegas bahkan terkesan sangat mengerikan mirip hukum kisas, dsb. Hukum-hukum ini amat berdampak ke agama-agama di Timur-Tengah (baca Manawa Dharma Shastra). Kesemua kata-kata tersebut di atas memiliki sumber akar-kata Sansekerta yang sama yaitu manu (s), yang juga berasal dari kata mano + assa. Mano (mana = pikiran), (assa = memiliki) yang berarti manusia = seseorang yang memiliki daya pikiran. Musa sendiri di dalam Mesir berarti “anak yang dilahirkan kembali”, namun dalam bahasa Ibrani berarti “menyelamatkan dari air”. Semua fakta ini sesuai dengan (Keluaran 2:10). Konon para ahli Barat mengatakan Nabi Musa meninggal di daerah Kashmir, India, dan sampai saat ini makam Beliau masih hadir dan oleh penduduk setempat disebut “Muquam-I-Musa”. Di daerah ini (area Srinagar), tepatnya di Bijbihara (bihara = kuil, wihara, tempat-suci) terdapat “pemandian Musa”, di lokasi ini terdapat sebuah batu keramat yang disebut Ka-ka-bal atau Sang-I-Musa (batu Musa). Perhatikan kata Ka-Ka-Bal yang mirip dengan kata Kabalah dan Kabah. Menurut legenda setempat batu yang beratnya sekitar 70 kg ini dapat mengapung jika sebelas orang menyentuhnya setiap orangnya satu jari saja dan melafalkan mantra “ka-ka-ka-ka” pada waktu yang bersamaan. Angka sebelas dan satu batu itu sendiri menggambarkan jumlah suku-suku bangsa Israel. Ka-bal (Ka-bah) dalam bahasa Sansekerta berarti batu (Ka) dan bal (bertuah, penuh kesaktian) = “batu yang sakti.”
Juga di sebelah utara Srinagar terdapat Kohna-I-Musa (batu landasan Musa) dipercayai sebagai tempat Nabi Musa beristirahat. Masih banyak legenda tentang Musa di lokasi-lokasi ini.
Menyusul berpulangnya Nabi Musa, maka kedua belas suku bangsa Israel secara bertahap meningkatkan pengaruhnya ke seluruh kawasan Kanaan di bawah pimpinan Yosua pada abad XII sebelum Masehi. Namun baru pada pertengahan abad X sebelum Masehi negara Israel menjadi suatu negara kesatuan dengan ibukota Yerusalem (Yerusalem, Yerusalom = Kota pemberian Tuhan ?). di bawah pemerintahan Nabi Daud (David), sansekertanya mungkin Murgen, atau Murgeshen (Subramaniyam) yang berputerakan Sulaiman (Solomon) = manusia yang diberkati dalam bahasa Sansekerta = Vikramaditya), maka sebuah kuil dibangun. Kuil ini amat terkenal. Menurut Dr. Mateer dalam karyanya “The Land of Charity” (Tanah Penuh Berkah), maka Sulaiman berasal dari India. Konon bukti-buktinya ada di Srinagar dan Ujain. Di Srinagar terdapat sebuah kuil yang disebut “Takht-I-Sulaeman” (Takta Sulaeman) yang disebut juga Baghi Sulaeman = Taman Sulaeman. Kuil ini dipugar kembali pada tahun 78 AD oleh Raja Gopadatta dari Kashmir (turunan Sulaeman).
Berdasarkan sissilah Al-Kitab, maka Nabi Abraham adalah keturunan langsung dari Nabi Nuh (Noah) yang merupakan pilihan khusus Tuhan di antara umat manusia era itu, beliau diselamatkan dari banjir dashyat yang terjadi sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Ada sekitar 250 legenda mengenai banjir dashyat ini di seluruh dunia termasuk legenda-legenda di Tana-Toraja, Sulawesi selatan, dan Tanah Batak kuno. Kesemuanya ini mengacu ke Shastra-Widhi Hindu yang disebut Vishnu-Purana (legenda kuno Sang Hyang Vishnu, Tuhan Maha Pengayom). Legenda-legenda ini hadir di India, Peruvia, dan juga di versi polynesia.
Kashyapa, yang dalam legenda Hindu berarti kura-kura (penjelmaan Vishnu pada era pengadukan Mandaragiri). Konon pada era tersebut umat Hindu percaya bahwasanya bumi ini bentuknya rata mirip punggung kura-kura yang agak melengkung, dan senantiasa mengambang di atas air. Kashyapa juga berarti Tuhan dan anak-anaknya di bumi ini. Dalam bahasanya kaum Israel hadir perihal yang mirip sekali. Bahasa Ibraninya, Israel berarti anak-anak Tuhan (Yesus juga dianggap anak Tuhan). Dan Tanah Tuhan berarti “Kashyab-Mar” yang identik dengan kata Kashmir saat ini, dahulunya Kashyab-Mar = Tanah asal bani Israel.
Atharva – Weda dan Pemanasan Global
Atharva – Weda dan Pemanasan Global
( The Green Weda)
Berbagai weda-weda yang merupakan harta kebudayaan dan spiritual juga merupakan warisan ilmu pengetahuan nan tak ternilai yang tidak lekang dimakan sang waktu. Kata “Vid” yang bermakna “mengetahui atau memahami” adalah sumber inspirasi ilmu pengetahuan (widya) bagi weda-weda ini, yang berhubungan dengan realitas tertinggi dan kosmologi. Weda menyatakan hadirnya sebuah bentuk kesadaran yang agung, hakiki dan murni sebagai landasan dari setiap ciptaan (Brahman). Tahap kausal diri kita adalah kesadaran itu sendiri yang juga terdiri dari komposisi tubuh, jalan pikiran, emosi,intelek yang kesemuanya adalah cabang-cabang dan ranting-ranting kesadaran ini.
Rig, Yayur dan Sama-Weda lebih menekankan pada peningkatan alur spiritual kita dari tahap rendah menuju tahap kesempurnaan melalui berbagai tata-cara, ritual, dhyana, dan pemahaman psikologis dst. Namun Atharva –Veda bersinggungan langsung dengan dunia materi ini! Para ahli Veda di India menyebutnya sebagai “ancient counterpart of modern science and technologi”. Didalam Atharva-Veda akan kita temui berbagai arahan yang berhubungan dengan ilmu kesehatan ( Medical Science) astrologi, astronomi, material-science dan teknologi, physical, chemical dan hological science, plus engineering, dsb. Namun banyak pengetahuan yang hilang dimakan peperangan, dan sang waktu, Tetapi esensi Atharva-Veda yang tersisa tetap diakui dunia sampai kini sebagai sumber inspirasi Modern-Science.
Atharva-Veda memiliki posisi unik karena langsung dan bersinggungan dan bermanfaat bagi dunia ini, bagi manusia, berbagai ciptaan diatas bumi,bagi kemakmuran, persatuan, kesehatan, persahabatan, pemerintahan, kesejahteraan umur, dsb.dsb. Para Resi di Atharva-Veda memuja para dewata melalui yajna memohon agar manusia diberikan usia panjang dan kesehatan yang prima. Bukan itu saja Weda yang satu ini memberikan berbagai jalan (keterangan) bagi umat manusia, juga sekaligus menegur kita umatnya agar tidak merusak diri dan lingkungan kita sendiri. Kata weda ini “raga dan jalan pikiran yang sehat akan menghasilkan produktivitas dan kesejahteraan yang berusia panjang”.
“Tubuh ini memang akan musnah suatu saat tetapi mengapa harus cepat-cepat? Anugrah dalam bentuk raga manusia ini dapat disejahterakan dan hidup dinikmati secara sehat, dan brertahan lama”. Menurut Atharva –Veda, hidup manusia seharusnya sampai 100 tahun, ini disebut ideal. Para dokter sekarang mengakuinya ( baca “sehat itu murah” oleh Dr Handrawan Nadesul). Di Jepang hal itu dimungkinkan! Jadi hidup harus dinikmati dulu sebaik-baiknya bagi kemajuan lahir dan batin (spiritual).
Weda yang satu ini berwacana, bahwasanya unsur-unsur Ilahi yang suci (Bhagawatam), adalah penunjang utama untuk menggapai usia yang panjang namun sehat. Unsur-unsur suci ini menjaga manusia dari berbagai rintangan yang selalu siap menjegal di setiap sudut dan ruang waktu sewaktu kita alpa dan lalai akan hakikat anugrah kehidupan ini.
Bayangkan di Weda ini ada keterangan-keterangan menakjubkan yang baru terungkap di sains modern dewasa ini seperti manfaat susu dari sapi yang berkulit hitam-legam lebih prima daripada susu dari sapi yang berwarna lain. Ada juga manfaat emas dan berbagai logam bagi kesehatan tubuh. Perhatikan di pasaran kini banyak diperjual-belikan gelang dan kalung-kalung magnetik bagi kesembuhan. Ada juga ajaran secara psikologis yang harus dikombinasikan yaitu yang berhubungan dengan prilaku kita sehari-hari seperti berbuat baik, bersandar pada kebenaran, perbuatan-perbuatan positif, pikiran-pikiran mulia, menjauhkan diri dari berbagai stress dan pikiran-pilkran negatif dan berprilaku ahimsa (non-violence, tanpa kekerasan).
Hadir juga di Atharva-Veda, resep-resep herbal khusus (jamu), puasa, pranayama, dhyana (Samadhi), menggunakan energi matahari dan rembulan, api dan air, udara dan ether, bumi, kayu, dst. Pada masa kini manusia membabat bumi habis-habisan, tanpa sadar hampir seluruh mata rantai sumber-sumber kehidupan ikut dimusnahkan, itu berarti sebentar lagi kitapun akan gosong-total oleh pemanasan global. (Saat ini di Kuwait City sudah mencapai 49 ºC, Mekah 45 ºC, Bagdad 47 ºC, New Delhi 42 ºC, Jakarta 39 ºC, dsb)
Muncullah berbagai resistensi penyakit karena mata rantai dalam bentuk bakteri, kuman, flora, fauna dsb ikut hilang dari atas bumi dan lautan. Manusia sedang menggali lubang kuburnya sendiri dan juga bagi anak-anak dan cucu-cucunya!. Berbagai penyakit baru seperti HIV, Ebola, dsb jadi mendadak hadir dan merusak tatanan kesehatan kita belum lagi kanker kulit yang akan merajalela, di Australia dan Israel.
Atharva-Veda, menyatakan semua itu seyogyanya dapat tereliminasi melalui perilaku-perilaku positif kita dan rasa toleransi ke bumi dan lingkungan kita. Di atas semua itu hadir juga berbagai mantra-mantra yang dapat menimbulkan energi-energi positif yang dapat menghilangkan efek-efek negatif polusi, bencana alam, dsb. Resi Yoga-Vasistha pernah mengajarkan mantram-mantram suci yang disebut sebagai rangkaian mantram Bhusukta. Atharva adalah putra beliau, yang kemudian menulis dan merangkum ajaran-ajaran Resi Yoga –Vasistha dan dikenal saat ini sebagai Atharva-Veda.
Menurut Vishnu-Purana, Atharva-Veda adalah ungkapan “ilmu pengetahuan para resi yang merupakan hasil evolusi dari meditasi mereka”. Atharva-Veda lebih lanjut sabda purana ini menyumbangkan ilmu-ilmu asal para resi-resi yang masing-masing bernama: Sumanta, Kabandha, Jaimine, Dewadarsa, Pathya, Madha, Brahmabali, Soutyayani, Pippalada, Jabali, Kumudadi, Sounaka, Saindhawa dan Manjukesi, dst.
Para resi ini dalam wacana-wacana dan mantram-mantramnya berkata banyak tentang nilai-nilai positif demi mencegah terjadinya polusi, perubahan cuaca drastis, dsb ribuan tahun yang lalu, toh umat manusia yang jumlahnya 6.5 milyar ini merusak tatanan bumi ini tanpa ampun karena jumlah penduduk yang makin miskin dan awidya makin meluas.
Berbagai ajaran-ajaran, hikayat-hikayat, tabu-tabu, pamali-pamali dsb hadir di Weda ini agar manusia menjauhi perusakan bumi, karena bagi para resi pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan.
Salah satu mantra bahkan berbunyi: “ Madhuvataritayate-bhawantunah “ yang bermakna amat luas yaitu : “ Semoga semua memusiman, sungai-sungai, samudra, pagi dan malam, debu-debu bumi ini, langit, kosmologi, dunia fauna dan flora (botanical world), surya, sapi-sapi dilimpahi nektar suci (madu yang manis). Selanjutnya Atharva-Veda melarang manusia untuk mempolusi air sungai dan lautan dengan buang air besar dan kecil, bahkan bersanggama atau meludah di airpun dilarang! Nilai-nilai ini sebenarnya hadir sampai sekarang di India dan Nusantara dalam ajaran-ajaran Karuhun dan lontar-lontar kita pada masa lampau.
Air dibumi ini disebut nektar atau madu yang manis, tidak boleh tercemar sedikitpun. Para resi sering melantunkan puja dan puji: “ Semoga tirta (air) memurnikan bumi dan selanjutnya semoga bumi memurnikan diri kami, semesta raya dan berbagai racun-racun yang kami konsumsi baik yang tertinggal di dalam tubuh kami dan maupun yang tersisa di luar tubuh kami; Mantram agar bencana alam dijauhkan berbunyi: “Rtasadhratathamagnin gandharvah – Swaha”. Dapat diucapkan 108x melalui agni hotra (homa) yang amat kecil, sederhana dan tanpa polusi, (diajarkan oleh shanty griya). Sebenarnya mekanisme cahaya mentari (surya), dan mentari (bulan), setiap hari membersihkan bumi ini, sayang ozon sudah rusak jadi mekanisme ini ikut rusak juga.
Padahal berbagai Weda menyiratkan bahwasanya aksi atau perbuatan-perbuatan (karma) yang baik akan menghasilkan pahala yang baik dan demikian juga sebaliknya. Berbagai ajaran akan proteksi flora dan fauna, bumi dan lingkungan yang bersumber pada Vedanta dan berbagai Puranas juga disiratkan oleh Kristus di Bible Of The Essenes, dan oleh Nabi Muhamad di berbagai hadis-hadisnya, warna simbolik Islam adalah hijau (kehijauan) dan bab-bab Al-Quran-Al-Karim banyak bersamaan dengan ajaran Raja Vikramaditya, seperti ayat kursi, lebah, semut, dsb.
Dr. Vidula Subrahmanyam Ph.D, dalam salah satu makalahnya menulis betapa pentingnya weda-weda ini bagi umat manusia di jaman Krta, Treta, Dwapara dan Kali-Yuga ini agar dapat mencapai kedamaian abadi, kesucian dan kesehatan prima setiap individu yang memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran ini! Kata Beliau Atharva-Veda adalah payung emas di jaman Kali ini seandainya difahami dengan baik, untuk melestarikan kembali bumi dan segala isinya. Dengan demikian derajat manusia dapat terangkat kembali ke level yang suci dan agung (divine). Keempat weda berisikan ajaran-ajaran yang berunsurkan “micro-atomic structure” yang senantiasa berkembang penalarannya sepanjang jalan, khususnya di era Kali-Yuga yang penuh dengan inovasi tehnologi dan sains.
Atharva-Veda, wedanya ilmu-ilmu pengetahuan ini terdiri dari 20 bab dengan 731 suktas (plus 5987 mantras). Dulunya para pendiri Barat menyatakan bahwasanya weda ini bersifat primitif dan kekanak-kanakan. Namun sekarang sebagian besar para ahli ini justru kagum. Albert Einstein sendiri menyebut penemuannya di bidang atom bersumber pada ajaran-ajaran weda! Nah, Saudara-saudaraku kaum dharmais, apakah anda masih tertarik mempolusi bumi ini tanpa memperhatikan kelangsungan hidup anak-cucu kita nanti? Atau seperti anjuran Dr Fatah Singh, seorang peneliti Hindu (Sikh) yang menulis agar kita segera berubah menjadi manusia-manusia universal berdasarkan ajaran-ajaran Atharva-Veda ini. Beliau menyarankan untuk belajar “gisnu-yoga”, yoga pengendalian diri yang berdasarkan ajaran-ajaran weda seperti:
Kebenaran yang dijabarkan secara luas, Kebenaran dalam bentuk-bentuk dinamis, Kesadaran spiritual, bakti sebagai kewajiban-kewajiban duniawi, menyadari adanya prinsip-prinsip ekspansi semesta dan bakti sosial ke sesama mahluk dengan penyucian diri dan alam sekitar kita sendiri.
mohan m.s
Cisarua, 5 sept 2008
diedit oleh ; antonina uvi
bibliography : yoga sudha 1993
Rekreasi dalam Hindu Dharma
Rekreasi dalam Hindu Dharma
Yoga ini sebenarnya bukan untuk yang makan terlalu banyak, dan juga bukan untuk seseorang yang terlalu menghindari makanan. Yoga inipun bukan untuk seseorang yang tidur terlalu banyak, atau yang terlalu tidak banyak tidurnya, oh Arjuna!
Yoga ini menghapuskan semua penderitaan seseorang yang berimbang (temperamen) dalam cara ia makan atau berekreasi, yang terkendali tindakan-tindakannya dan teratur bangun tidurnya.
Bhagawat-Gita
Seseorang yang mempunyai kebiasaan bermeditasi harus ingat bahwa ia harus hidup secara teratur dan seimbang dalam segala tindak tanduknya sehari-hari. Adalah salah kalau ia makan terlalu banyak, karena bukan nya ia makin kuat karenanya tetapi malahan fungsi pernafasannya dalam meditasi akan menjadi kacau, dan bagi seorang brahmacarya kelebihan gizi malahan akan merusak (menambah) semua hasrat-hasrat seksualnya. Terlalu banyak makan dan atau kekurangan selalu menghasilkan kekacauan dalam fungsi-fungsi tubuh kita dan hilanglah keharmonisan dalam raga dan usaha spiritual kita. Semua yang kita lakukan sebaiknya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, cukup-cukup yang wajar-wajar saja dan tidak berkelebihan porsi maupun menguranginya secara drastis. Ini namanya harmonis dalam segala-galanya.
Makanan yang dimakanpun sebaiknya yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita dan cocok dengan pencernaan setiap individu secara masing-masing, tidak boleh ada yang dipaksakan ataupun memakan makanan yang tidak perlu untuk tubuh kita. Juga secara mental dan spiritual harus diperhatikan dengan amat sangat agar tidak memakan sesuatu hasil dari perbuatan tidak baik atau negatif,seperti hasil dari korupsi atau uang haram lainnya, tetapi benar-benar harus hasil keringat yang halal dan suci.
Puasa yang amat berkepanjangan harus dicegah, puasa itu perlu tetapi harus teratur dan tidak merusak tubuh kita. Puasa yang teratur akan meningkatkan vitalitas dan tingkat spiritual jiwa dan raga kita. Begitupun dengan rekreasi, inipun penting untuk kita asal sehat dan teratur akan meningkatkan vitalitas dan tingkat spiritual jiwa dan raga kita. Begitupun dengan rekreasi inipun penting untuk kita asal yang sehat dan teratur, untuk pikiran, mental dan jiwa raga kita agar segar dan penuh dengan dinamika yang sehat. Rekreasi dalam bentuk olah raga, perjalanan ke alam bebas seperti ke hutan, gunung, ke sungai dan lain sebagainya ini amat menyehatkan dan sangat menyegarkan tubuh dan pikiran kita, tetapi semua ini harus dilakukan secara teratur dan konstan, sehingga tidak merugikan diri kita dan maupun lingkungan kita dalam arti yang seluas-luasnya. Cara-cara kehidupan lainnya seperti berdagang, bekerja, berdoa, memuja Hyang Maha Esa, berbuat amal, menolong yang harus ditolong, menghormati orang tua dan yang pantas dihormati,dan lain sebagainya harus dilakukan dalam batas-batas kewajaran dan tidak berlebih-lebihan. Bangun tidurpun harus diatur yang seimbang, tidur sebaiknya cukup enam jam tetapi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan usia sseorang. Seseorang yang ingin tekun bermeditasi harus berjalan di tengah-tengah, maksudnya penuh disiplin dan seimbang dalam segala perbuatannya. Setiap aksi atau perbuatannya sebaiknya tidak berlebihan, terkendali dan wajar-wajar saja. Tidak usah terburu tetapi juga tidak lambat. Ia selalu stabil dan berimbang baik dalam bertutur kata, maupun dalam setiap pekerjaannya. Ia dengan demikian secara lambat laun akan bebas dari segala penderitaan yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri yang terlalu banyak atau yang terlalu sedikit, dan juga oleh akibat-akibat dari perbuatan itu sendiri seperti rasa kurang puas, marah, kesukaran, ketakutan, keresahan dan banyak hal lainnya.
Akhir-akhir ini hari-hari amat menoton bagi sebagian besar umat manusya, di ruangan berpendingin udara, bagai ikan tuna yang mati beku. Bedanya kita duduk dengan mata terpaku kepada layar monitor dengan perut yang makin buncit dan leher yang makin lama makin kaku dan bergelambir karena kurang gerak. Begitulah hari-hari yang membosankan mulai jadi tradisi kehidupan kita, tidak laki tidak perempuan, tidak tua dan tidak muda, semua lapisan mulai terjangkit penyakit-penyakit yang menoton ini yang makin hari makin menggeroti kesehatan kita.
Sehari-hari seharusnya bukan berarti semua hari bagi staff kantoran, masih ada satu dua hari bebas dalam seminggu, jadi kalau anda ingin lebih asyik lagi yah ajak keluarga, tetangga atau teman-teman serta tuk bermain-main di alam terbuka, bisa siang, malam atau pagi hari. Para peneliti di barat menemukan bahkan kaum muda minatnya mulai menurun, mereka yang dulunya hobbi mendayung, berjalan kaki, pendaki dsb mulai surut semangatnya, untung ada yoga ketawa dan senam yoga kesehatan yang agak membantu, tetapi justru yang tua-tua lebih berminat karena alasan-alasan kesehatan, bukan yang muda-muda semakin gemuk saja.
Kalau alam makin rusak dan trend pemuda tuk berolah raga makin menurun di alam terbuka maka seperti apakah generasi masa depan nanti, toh TV, HP, computer, tidak juga menyehatkan?
Penelitian menunjukkan tidak sampai 60% pemuda di Amerika (antara 6 sampai 24 tahun) yang malas beraktifitas dan kegemukan (obesitas) yang baru mau berekreasi di alam terbuka kecuali ada teman, orang tua dan sebagainya yang memotivasi mereka. Hal yang sama mungkin sedang terjadi dengan generasi muda kita disadari atau tidak.(Di kota-kota besar pagi-pagi sudah macet dengan kendaraan berisikan anak-anak sekolah), berjalan kaki hanya diminati orang-orang kampung dan pedalaman karena terpaksa keadaan dan ekonomi.
Padahal kalau sejak dini anak sudah mengenal dan mengapresiasi alam, seni budaya, rekreasi alam, meditasi, yoga, olah raga, pantai dsb, maka tekanan kerja dan stress kemudian hari dapat dikurangi, hidup jadinya bukan buat uang saja, tetapi tuk dinikmati, dan disyukuri keberadaannya.
Rekreasi spiritual dan alam pasti memerlukan persiapan. Untuk rekreasi spiritual dibutuhkan mental yang relaks, karena rekreasi ini sebenarnya meliputi yoga, dan meditasi di air misalnya di air terjun, tepi pantai, di bukit-bukit, gunung, gua-gua dan juga lokasi-lokasi yang disucikan, baik rekreasi spiritual maupun luar ruang harus memperhatikan pola-pola musim yang sedang berlangsung. Bermain-main di saat hujan maupun yoga dan meditasi dikala hujan ringan maupun lebat merupakan keasyikan tersendiri dan bisa-bisa ketagihan selain menguatkan daya tubuh, (tapi tentu tidak baik untuk mereka-mereka yang badannya sakit-sakitan). Berenang, bersepeda, berjalan, berlari, di saat-saat hujan juga merupakan keasyikan yang mengendorkan syaraf-syaraf khususnya dilakukan di desa-desa, tetapi hindari petir dan badai, bisa-bisa fatal, pulang tinggal nama saja. Melakukan penelitian dan riset kecil-kecil tuk keperluan spiritual akan amat membantu pengetahuan diri sendiri maupun orang-orang lain. Jadi isilah akhir minggu, liburan-liburan pendek dan panjang dengan hal-hal yang membantu relaksasi, berkunjung ke teman-teman, panti sosial, berdanapunia, dan “bermain-main” secara sosial amat berpahala, menolong kaum marginal dan membuat hati senang karena dapat membahagiakan orang-orang lain atau mahluk-mahluk hidup.
Jangan ke alam liar tanpa kostum, sepatu dan makanan yang memadai, obat-obatan, perban, payung dsb juga amat diperlukan, jangan sendirian kecuali medannya sudah sering dikunjungi. Perlengkapan tenda,gas,pisau dsb harus disertakan. Nah jangan lupa berpuja, meditasi, nyepi dan yoga sambil berekreasi di alam terbuka atau ruang-ruang terbuka di kota, tapi hindari sex bebas, alkohol, rokok, ganja dan sebagainya agar rekreasi tercipta prima dan jiwa raga tenteram, rileks dan damai. Om Sarwam Bhutam Shanti Mangalam.
Bibliography : -Bhagawat Gita
-Kompas Minggu 14-3-2010
Oleh : mohan m.s
Jakarta Nyepi 15-3-2010
diedit oleh : antonina
Mengkqji masa depan Hindu Dharma di Nusantara
MENGKAJI MASA DEPAN
HINDU DHARMA
DI NUSANTARA
Melihat perkembangan ekonomi yang makin merosot tetapi sebaliknya ritual-ritual makin menggila di Bali akhir-akhir ini ditambah pelaksanaan-pelaksanaan Agni Hotra yang mewabah dengan harga tinggi dan waktu yang terbuang sia-sia, maka kaum muda Hindu di Jawa-Bali amatlah resah, banyak yang merasa terjebak lahir sebagai Hindu Bali, hal ini amatlah mencemaskan, dan konversi ke agama-agama lain lalu terbuka secara luas, karena agama-agama lain menawarkan kemasan-kemasan praktis, lebih irit, murah biaya dan mudah dilanggar tanpa sanksi-sanksi.
Dibalik itu ada fenomena yang amat menarik yaitu timbulnya anak-anak muda yang menginginkan “nafas-nafas baru yang segar” dalam beragama Hindu, lalu apakah solusinya di masa depan? Sebagian berpaling ke internet dan menemukan kembali filosofi-filosofi Hindu dengan berbagai penalaran yang amat sekular, plural dan praktis, nuansanya adalah Dharma yang bersifat universal, bukan hegemoni Hindu yang dogmatis dan ritualistik yang menjemukan dan memboroskan dana yang sulit dicari.
Sebagian lagi mulai berpaling ke guru-guru spiritual dari India seperti Sai Baba, Sri Ravi Shankar dsb. Sebagian ke yoga dan meditasi, sebagian ke bhakti-bhakti sosial, sebagian terjebak lagi ke Agni Hotra yang besar-besar yang di India malah telah dipraktiskan menjadi upacara kecil yang sarat makna.
Dunia, zaman, perilaku manusya sedang berubah total sesuai ramalan Kali Yuga, sebuah zaman yang disebut-sebut penuh kegelapan, namun di dalamnya terdapat hamparan sains, teknologi dan filosofi yang tidak terbatas. Fenomena yang satu ini amat memukau kaum muda di dunia, hasilnya evolusi dan revolusi kehidupan berubah drastis dalam kurun waktu 10 tahun, belakangan ini. Dunia sudah tidak mengenal tapal-tapal batas lagi, internet merubah semuanya! Bahkan ilmu pengetahuan dan pornography dapat ditransfer dalam hitungan detik, dunia Islampun goncang. “Face book Fenomena” salah satu perihalnya. Berperang dengan internet dan mass media jadi lebih sulit dibandingkan perang di Iraq dan Afganisthan.
Cupu-cupu sakti di zaman Satya Yuga sekarang lebih sakti lagi dan dapat dibeli dan di akses bahkan oleh anak-anak kecil, demikian juga komputer, semua orang bisu jadi sakti di zaman kali yuga ini.
Kalau para Sulinggih hanya sibuk dengan upakara dan upacara-upacara mahal, maka dalam kurun waktu 15 sampai dengan 25 tahun mereka bukan saja akan tertindas oleh zaman, teknologi dan sang waktu yang sedang melaju amat cepat secara alami, tetapi para Sulinggih-Sulinggih tua akan mati sendiri, tergantikan Sulinggih-Sulinggih muda yang terdidik dengan hp dan internet di tangan-tangan mereka. Tanpa kita sadari Saraswati (maha-widya) telah kembali lagi, weda-wedanya telah menjadi teknologi plus filosofi, musiknya (vina) menjadi gejala musik-musik universal. Di era ini musik, sepakbola, catur dan olympiade adalah “agama-agama panutan baru” bagi kawula muda. Matinya Michael Jackson ditangisi anak-anak muda dan kaum 50 sampai dengan 60 tahunan sedunia, idola mereka adalah musisi, internet dan teknologi. Tuhan sudah mati di dunia Barat, tetapi “Tuhan-Tuhan yang baru, Nabi-nabi seperti Elvis, Michael Jackson dan widya ( sains, teknologi dan filosofi ) makin trendy saja. Evolusi dan revolusi dalam berbagai bidang amatlah semarak di dunia dewasa ini, sedangkan ritual-ritual agamis sudah menjadi komoditi dan pemasukan mass media dan pariwisata, perhatikan tayangan-tayangan naik Haji, Galungan, Waisak dan puasa yang sudah mampu menghasilkan uang triliunan bagi media-media komersil, ekonomi sudah menggeser agama, janganlah kita munafik akan hal ini.
Akhir-akhir ini Ganeshya hadir lagi kembali di Jawa-Bali. Ganeshya adalah simbol anak muda pemberontak yang berubah menjadi dewata agung penuh widya universal, satu gading patah menyimbolkan ilmu-ilmu duniawi yang tidak langgeng dan berubah-ubah, gading yang utuh menyimbolkan ilmu Ilahi (Bhagawatam) yang selalu terbarukan dan abadi, inti dari sains dan teknologi.
Di antara semua ajaran-ajaran di dunia, hanya Hindu Dharma yang telah siap menampung dan menyebarkan sains, teknologi, ekonomi, widya dan filosofi di Kali Yuga ini. Jadi kalau mau mengikuti zaman, maka harus dibentuk sebuah Parisadha semacam Majelis Hindu Nusantara yang bervisi ke depan, dengan mengemban misi-misi sains, teknologi dan filosofi dalam suatu untaian praktis tetapi indah dan sarat makna.
Ekonomi global yang makin rancu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan ini. Bahkan masyarakat maju Singapura, Jepang, USA, Eropah terlanda kegalauan yang amat dashyat, di sana Gereja-gereja 90% telah di tutup, dan masyarakatnya larut dalam S&S (Seks dan Stress).
Bagi kita di Nusantara maka mereka-mereka yang dibawah 50 tahun harus segera membangun horizon baru dalam bentuk sebuah Majelis Hindu Dharma yang sesuai Pancasila yang amat Dharmais sifat-sifatnya penuh toleransi, pluralisme, dan demokrasi sekular yang tidak kebablasan. Untuk itu Saraswati tetap merupakan dasar-dasar fondasinya, dan Ganeshya (ilmu sains) sebagai wahananya. Tujuannya tetap Hyang Widhi Wasa (Tuhan Maha Ilmu)
Di India pemujaan-pemujaan terhadap Bayu, Indra, Brahma sudah menjadi sejarah masa lalu, Manawa Dharma Shastra sudah lama terkubur, Weda-weda sudah menjadi Bhagawat-Gita, para resi sudah lahir sebagai guru-guru spiritual dengan medium yoga dan meditasi, Hindu Dharma di India sudah menjadi panutan praktis serba Saintifik, bukan dogma-dogma sesat seperti kasta dan upacara-upacara mubazir yang berbiaya tinggi. Kita di Indonesia mau tidak mau secara perlahan tetapi pasti sudah masuk ke alur modernisasi ini, nilai nilai Hindu harus dipersiapkan secara alami melalui gabungan sains dan teknologi agar kita maju seperti India dan disegani oleh dunia luar karena memiliki Bhagawat Gita dan Gandhi, memilik Buddha dan Bom atom, memiliki yoga meditasi, sains dan teknologi. Inilah Kali Yuga yang amat menantang, tanpa landasan-landasan ini kita akan hancur dilanda penetrasi agama-agama lain oleh ekonomi dunia yang serakah dan pemanasan global yang membara, lalu sirnalah kita!
Om Shanti Shanti Shanti Om
Cisarua 14-7-09
Makna Mimpi dan Bintil Tahi Lalat
Makna Mimpi dan Bintil Tahi Lalat
Mimpi itu bunga-bunga tidur, kata pujangga tapi juga bisa petunjuk, bisa juga pertanda suka-duka, bencana-anugrah dsb. Para ahli Vaastu-Shastra dimasa lalu belajar tuk menganalisa semua itu, hasilnya anda boleh percaya atau tidak, tapi saran saya sebaiknya diamati dan dipelajari, siapa tahu anda jadi ahlinya nanti. Dibawah ini makna mimpi yang coba ditafsirkan para ahli Vaasthu –Shastra di India kuno adalah seperti ini :
Mimpi Makna dan artinya
Memakai cincin dapat kebahagiaan, rejeki,uang
Melihat pohon mangga anak-anak akan bahagia
Melihat tamu ada bahaya
Melihat kegelapan ada kesusahan
Jatuh dari langit khawatir atau akan dihina
Melihat orang mati atau mayat akhir dari penyakit
Melihat api mungkin sedang sakit perut
Melihat langit ada kemajuan
Melihat diri sendiri mati panjang usia
Menyalakan api cita-cita lama belum terkabul
Melihat kecelakaan diri sendiri panjang umur, selamat dari mara bahaya
Melihat kentang ada kesulitan
Melihat operasi waspadalah akan sakit
Gagal ujian lulus ujian
Membangun bangunan ada kemajuan
Melihat mesin atau kendaraan yang bergerak banyak halangan
Memakan asam mungkin mendapatkan putra
Melihat pohon asam kesehatan baik-baik saja
Melihat pelangi kehidupan akan berubah tambah baik
Melihat burung hantu ada bencana atau sakit
Diri terbalik akan terhina, dihina
Melihat unta badan akan luka-luka atau sakit-sakitan.
Naik ke atas kemajuan
Melihat kaca mata hitam tidak/kurang disupport (ditunjang)
Melihat bunga teratai ada rejeki, mungkin juga di bidang spiritual
Menggunakan gunting banyak argumentasi kosong
Melihat burung beo bersuara kabar jelek/buruk
Menyisir rambut ada kepuasan tertentu
Melihat merpati berita baik
Melihat ular hitam dapat kehormatan
Melihat istana kabar baik/kejayaan
Melihat orang berpenyakit kusta ada penyakit/hati-hatilah
Melihat gadis akan bepergian ke tempat-tempat suci
Melihat batu bara sia-sia berkelahi, baiknya sabar
Jatuh ke lubang ada kerugian yang sia-sia
Melihat kepala dipenggal banyak pikiran dan kesusahan
Melihat anjing akan mendapatkan teman yang baik
Melihat bunga ada berita baik
Menyulam ada keuntungan dan kemajuan dalam bidang cinta
dan perdagangan
Melihat sate hati-hatilah ada yang akan menusuk, menjelek-
jelekkanmu dari belakang
Melihat kuburan tambah rezeki
Membunuh ada berbagai kesulitan dan bencana
Melihat mainan anak-anak kedamaian dan kebahagiaan
Melihat semangka ada rezeki
Melihat panen hati-hati ada kerugian besar
Melihat kelinci sayang istri
Melihat guru hasil kerja akan baik
Melihat tahi sapi investasi dalam bidang peternakan akan baik
Melihat sungai akhir atau sisa kehidupan akan baik
Melihat gerhana ada bencana, penyakit dsb
Melihat tembakan semua akan berakhir baik-baik saja
Melihat bunga mawar mendapatkan kepuasan hati
Melihat kemiskinan akan kaya
Jatuh dari kuda ada kesulitan
Mandi di tepi sungai akan bertirtha yatra
Melihat orang terluka akhir dari kesialan
Membangun rumah akan terkenal
Melihat jam akan bepergian
Duduk di atas kuda akan kaya raya
Mimpi terluka kesehatan membaik
Melihat roda atau chakra banyak pemasukan uang
Memakan nasi akan mendapatkan berita baik
Melihat maling mendapatkan uang
Melihat perhiasan perak perpisahan
Melihat penjaga rumah rejeki akan hadir
Berteriak-teriak dalam mimpi banyak masalah
Melihat selendang keberuntungan
Menikam dengan pisau banyak cekcok di rumah tangga
Melihat cicak, kadal atau tokek ada rejeki
Bersin-bersin dalam mimpi banyak halangan dalam pekerjaan
Melihat payung banyak masalah akan selesai
Dipecat dari pekerjaan kemajuan
Melihat tukang sulap tanda-tanda buruk
Melihat pesawat terbang akhir dari kesulitan
Memanggang daging pemasukan uang
Melihat air lambang kehormatan, akan dihargai
Merasa demam dalam mimpi kesehatan akan membaik
Berjudi dalam mimpi akan bangkrut
Melihat pencopet akan bangkrut
Melihat warna kuning kematangan jiwa
Mencabut akar banyak halangan
Melihat perkelahian mendapatkan kebahagiaan
Melihat sapu akan merugi
Melihat bendera uang dan kehormatan akan hadir
Makna bintil (tahi lalat)
Konon menurut kaum Hindu kuno tahi lalat adalah tanda-tanda yang bermakna tertentu, jadi tidak begitu saja hadir di raga kita. Dibawah ini kehadiran tahi lalat di berbagai area tubuh kita dan maknanya:
Letak tahi lalat arti yang dikandungnya
Di tangan kanan akan kaya
Di dahi/kening akan kaya
Di sebelah kanan dahi akan dihormati
Di tengah kedua alis mata akan banyak melakukan perjalanan jarak jauh
Di hidung idem
Di punggung idem
Di kaki/telapak kaki kanan idem
Di kaki kiri pemboros
Di tangan kiri idem
Di bawah bibir bagian bawah kekurangan banyak uang
Di bagian atas bibir atas penuh kemewahan
Di mata kiri pria suami istri rebut terus
Di mata kanan pria suami istri saling sayang secara berlebih-lebihan
Di dagu kurang sayang istri
Di pipi kiri uang bertambah terus
Di leher penggemar istirahat terus/malas
Di lengan kanan banyak dihormati orang
Di lengan kiri pembangkang/suka berkelahi
Di dada kanan pria pecinta istri
Di dada kiri pria sebaliknya (tidak sayang istri)
Di tengah-tengah dada pengecut
Di perut penggemar makanan yang manis-manis
Di ketiak gemar menyakiti orang-orang lain
Di pinggang sulit diam, bergerak terus
Di bagian jantung bijak/ tegas
Demikianlah sebagian dari makna mimpi dan tahi lalat, percaya atau tidak? Terserah anda!
mohan m.s
Cisarua 25/3/2010
Shanti Griya Ganesha Pooja
Di edit oleh : uvi
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Hindu Dharma
KETUHANAN YANG MAHA ESA
DALAM
HINDU DHARMA
Rig Weda dari Asia Barat dengan Tuhan-tuhan baru seperti Agni, Indra, dan Bayu. Sesuai berbagai evolusi, revolusi dan berbagai manuver-manuver politik, sosial, rasial.dan agama, maka Hindu saat ini mengkategorikan semua “tuhan-tuhan” di atas sebagai golongan dewa-dewi, yang berasal dari suatu zat tertinggi yang disebut Param Brahman. Di bawah ini secara singkat dan rinci Tuhan akan dijabarkan secara sistematis sesuai dengan perkembangan Weda-weda, Upanishad, Shiwa Purana, dsb) yang lalu bersinergi menjadi Bhagawat Gita, Maha Karya tentang Ketuhanan yang tidak ada duanya di dunia ini.Tuhan di dalam Hindu Dharma disebut-sebut sebagai Brahman, Adhyatman, Adhiyagna, Adhibhuta, Adhidaiva, dst. Hukum-hukumnya disebut Hukum Karma dan pelaksanaan pencapaiannya disebut Abhyasa Yoga.
Brahman adalah Zat Yang Maha Agung dan Suci yang tidak terbinasakan, yang dikenal sebagai Tuhan Yang Maha Esa (di Indonesia) di India disebut Mahesya, Beliau ini bisa berwujud sebagai dewa, manusya, dsb (Saguna Brahman atau Maha Tidak Terdefinisikan (= Nirguna Brahman), Brahman berada di atas/asal mula dari weda-weda dan Prakriti (sifat-sifat maya nan alami, ilusi Tuhan).Brahman berada di atas semua materi, benda, dewa, bahkan semesta raya.
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Manusia Dharmais yang sering disebut umat Hindu sering-sering bertanya-tanya seperti apakah Tuhannya Hindu itu, apakah beliau sama dengan Tuhannya kaum agama-agama lain, ataukah Ia sejenis dewa yang lebih agung daripada para dewata, ataukah Ia berbentuk manusya karena Tuhannya umat-umat lain cenderung disebut Bapa, dsbnya.
Setelah mempelajari berbagai cabang-cabang weda dan Upanishads maka Tuhan di dalam Hindu Dharma memang ternyata banyak wujud-wujud dan rupa-rupanya. Dari Hyang Brahma sebagai Pita Maha (ayah dan ibu) juga leluhur umat manusya yang menurunkan jajaran manu-manu pertama, sampai sepuluh kali, beliau juga melahirkan wangsa-wangsa lain di berbagai sistem tata-surya. Kemudian ada golongan Waisnawa yang menuhankan Narayana dengan berbagai reinkarnasi-reinkarnasi seperti Wishnu Yang Maha Pengayom, Rama, Krishna dan Buddha, dst.
Golongan Shivais adalah Hindu asli di Tanah Barata, saat itu terkenal dengan kultur Indus, (asal kata Hindu) dan yang dihuni Dravidia pemuja Tuhan dalam bentuk Hyang Shiwa, masuk kemudian di India.
Adhyatman – Dimanakah aku dapat menemui sang Brahman? Temuilah Dia di dalam dirimu sendiri, Ia “bersembunyi” di relung hati nuranimu sendiri yang paling dalam (guhayam), Ialah inti Jiwa kita yang disebut Sang Jati Diri (Atman), Sang Atman hadir di dalam Sang Jiwa, ibarat 2 ekor burung di dalam naungan satu pohon, yang satu dinamis (jiwa), dan mobile, yang satu lagi Atman diam menyaksikan, sabda Upanishad.
Adhiyagna- Berarti sebuah unsur yang teramat mula, kuna, asal-usul dari semua tindakan pengorbanan yang tulus, Raganya adalah pengorbanan kosmos pada awal-awal penciptaan semesta raya dan isinya, dari pengorbanan ini hadirlah seluruh ciptaan-ciptaan baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata di semesta (bhur, bwah, swah), Ia hadir di semua ciptaan-ciptaannya secara Abadi, Suci dan Agung, senantiasa menyiratkan pengorbanan-pengorbanan tulus dan menuntun kita penuh cinta-kasih. Kalau saja kita sedikit “bijak” maka akan terfahami betapa sucinya raga-raga manusya ini, ibarat pura atau kuil karena di dalamnya hadir Tuhan itu sendiri sebagai Sang Atman yang menyaksikan, mencatat, dan menuntun setiap individu secara masing-masing. Ia disebut juga Jyotir (Pelita Kehidupan), ia berada di titik fokus meditasi (dhyana) yang terletak di antara kedua alis mata kita.
Adhibhuta- Adalah Sang Adipati yang bermakna Yang Maha Esa, sebagai inti atau dasar segala mahluk yang berjiwa atau tidak berjiwa (padahal penelitian pemenang nobel di Jepang, menunjukkan semua benda berjiwa, dan berunsurkan zat hidup, ini sesuai dengan ajaran akan kehadiran Sang Atman dimana-mana dan di apa saja). Inti kehidupan ini disebut oleh Ishopanishad : “Ishavasyam idam sarvam”, yang bermakna semua yang dapat binasa adalah jubah atau pakaian dariNya semata, semesta dan segala isinya adalah ajang kita tuk belajar memahami dan kemudian kembali kepada hakikatnya semata.
Adhidaiva- Adalah Adipati suatu unsur kekuatan Bhagawatam (Ilahi, Ketuhanan) yang bersinar di dalam dewa-dewa (cahaya), Ia juga Purushanya para dewata (unsur laki-laki yang utama) Ia juga dikenal sebagai Prathama Purusha yang bercahaya di dalam setiap unsur dewa-dewi dan kaum suci. Ia adalah Tuhannya para dewata, yang juga disebut Hiranyagarbha Purusha (Purusha Emas/intan yang berkilau-kilauan. Nabi Muhamad S.A.W menyebutnya Gua Husa, tetapi malah dimaknai secara harafiah sebagai gua beliau mendapatkan wahyu-wahyunya yang pertama.Ia juga disebut Prajapati (pemilik dan penguasa semua jajaran mahluk-mahluk yang bernafas dan tidak termasuk dewata dan manusya.) Ia juga adalah Sutra-Atma yaitu Nafas Agungnya para dewa (Prana Purusha adalah nama lainnya) Para Dewata adalah “bagian-bagian” dari “Tubuhnya”, IA lah sebenarnya Kekuatan Maha Kreatif, Yang Maha Suci, Ia lah semuanya ini yang bercahaya di jagat raya nan tanpa ujung, dan tanpa habis-habisnya ini. Ia menunjang semua, dan semua akan kembali kepadaNya.
Karma- Hadirnya Sang Adhyatman dalam bentuk fragmen-fragmen kecil sang Atman dalam diri manusya dan berbagai mahluk disebut Visarga, yaitu energi murni dariNya semata.Energi ini menjadi proses setiap pelaksanaan para mahluk-mahluk di semesta raya yang penuh dengan berbagai pengorbanan, cinta kasih, melalui proses Sankalpa (memperbanyak dirinya sendiri). Hasil dari Karma Agung Hyang Brahma dengan Swahanya (Aku mengorbankan yang terbaik di dalam Diriku) adalah reinkarnasi alam dan isinya yang tidak kenal waktu dan habis-habisnya. Karma juga adalah mekanisme peraturan hukum-hukum alam dengan berbagai pola-pola aneka ragam yang amat menakjubkan, namun amat sistematis karena tidak ada yang gratis maupun kebetulan di dalam kehidupan ini, semua direkayasa secara apik,rapi dan penuh perhitungan,oleh hukum karma yang tidak terlihat tetapi selalu berwujud sebagai hukum “sebab dan akibat” secara universal.
Karma adalah zat atau energi maha mengagumkan yang bersinergi dengan evolusi alam semesta, karma menciptakan suatu proses kehidupan-kehidupan yang maju secara progresif tetapi juga dapat mundur secara timbal balik secara tegas, “apa yang kau tanam akan kau tuai kembali.” Tetapi pelaksanaannya adalah menabur angin dan menuai badai, karena sebutir gandum yang ditanam maka serumpun padi yang akan panen. Karma berevolusi melalui penderitaan dan kebahagiaan (suka,duka) dan tidak ada sebuah benda maupun mahluk yang dapat lepas dari untaian karma ini. Jadi pengorbanan suci tanpa pamrih adalah kunci bagi stabilnya roda-roda karma, seandainya seorang manusya ingin stabil hidupnya, maka ia harus berkorban dan berkorban terus tanpa henti, ibarat Sang Pencipta dan bumi ini sendiri sampai kini. Saat-saat akhir kematian manusya dapat menentukan reinkarnasi berikutnya, hukum karma ini disebut bhawa (hukum pikiran), agar ia dapat menuju reinkarnasi yang lebih baik dan utama, maka umat Hindu dianjurkan agar sehari-hari selalu memusatkan pikiran dan perilaku, yagna (pengorbanan) kita ke arah dan demi Ia semata, maka pada saat akhir nanti semua pikiran secara otomatis akan terpusat kepadaNya sesuai hadirnya pola kebiasaan ini, dan akhirnya kita akan menyatu denganNya. “Maka seyogyanyalah setiap saat dikau berpikir tentang Aku, dan berjuanglah! Seandainya pikiran dan pemahamanmu terpusat kepadaKu maka dipastikan dikau akan datang kepadaKu” (Bhagawat gita, bab VIII, sloka 7).
Cara mencapaiNya, Yang Maha Berwujud dengan berbagai wujud-wujud dan manifestasiNya (Saguna Aryakta Diwyarupa Brahman) dijelaskan para rsi seperti berikut ini:
“Sang yogi harus selalu mengendalikan jalan pikirannya, (bukan menghentikannya karena pikiran memang tidak dapat dihentikan kecuali oleh kematian!) dan memusatkannya secara konstan ke Tuhan Yang Maha Esa, sang yogi harus mampu merasakan kehadiranNya di mana-mana dan dalam bentuk apa saja.di dalam berbagai suka dan duka semua manusya dan mahluk-mahluk di sekitarnya, dengan demikian seorang pemuja akan pergi ke Tuhan itu sendiri (=jalan tol) dan tidak menumpang kea rah dewa-dewa, asuras, mahluk-mahluk gaib maupun objek-objek sensual, niskala dan skala lain-lainnya (jalan-jalan lain).
Tuhan Yang Maha Kuasa (Paraman Purusham Diryam) juga disebut Swarupa yaitu pemilik 1008 nama-nama dalam ajaran Hindu , tetapi setiap dewa dewi utama seperti Shiwa, Durga, Wisnu, Laksmi, Brahma, Saraswati, Ganeshya, dsb juga memiliki nama hotra 108 s/d 1008 nama. Namun Tuhan Yang Maha Esa hadir di atas semua nama-nama ini, Ia juga disebut Kawi (Kavi) yang bermakna Yang Maha Bijaksana, Sarwagna ( Yang Maha Mengetahui), Pranam (Yang Mula-mula), Sarwa Shaktiwam (Yang Maha Pengatur segala-galaNya) Maha Segalanya dari yang terlembut sampai yang terkasar, dari nol sampai ke yang berwujud, Ia adalah sesuatu yang Tak Dapat Difinisikan atau terjabarkan apalagi digambarkan (Achintya Rupam). Telanjang dan nol dari berbagai nafsu, hasrat dan ego dan “ke-aku-an” Ia juga adalah Aksharam (Tak Terbinasakan), Ia adalah A-U-M (Brahma pencipta), Wishnu pemelihara), dan Maheswara sang pelebur setiap jiwa) Ke semuanya itu mengarah ke Tuhan Yang Zero (Nir,Nol,Nil) yang disebut Nirgunam Param Brahman Banyak wujud-wujud dan nama-namanya (Devashya Dimahi) namun Ia adalah suatu Zat Kesatuan yang dianggap Maha Tunggal! Melalui mekanisme karma, Ia hadir dan mengatur dan menguasai para dewa-dewa dan seluruh loka-loka di semesta beserta isinya, pada saatnya nanti Ia akan melebur kembali kepadaNya tuk dibentuk semesta baru, hal ini disebut Pralaya (jadi tidak sama dengan kiamat yang konotasinya menyeramkan tanpa ada harapan!)
“Sebenarnya lebih tinggi dari yang tidak nyata (Sang Brahma), ini hadir lagi yang TIDAK NYATA, yaitu Yang Suci dan Abadi, Yang Tidak dapat Hancur sewaktu yang lain-lainnya dihancurkan”
“Yang Tidak Nyata (Maha Gaib) ini disebut Yang Tidak Terbinasakan. Ia lah tujuan yang Tertinggi, mereka-mereka yang telah mencapaiNya tidak akan pernah kembali. Itulah tempatKu bersemayam nan maha Agung (Parama Brahma)”
(Bhagawat Gita, hal 8, sloka 20-21).
Mereka-mereka yang tidak berakhir di Jalan Parama Dharma, biasanya berkelana dulu ke pitri loka (Loka-loka para leluhur) lalu mengarah ke Chandra loka, kata lain dari sorga. Di surga yang satu ini manusya yang bijak akan menikmati pahala-pahala baiknya selama di bumi, setelah usai, maka iapun akan kembali ke dunia ini, dan melanjutkan karma-karma barunya lagi.
Bagi seorang yang telah sadar (yogi) maka ia tidak akan galau memilih jalan yang terbaik, ia pun tidak akan terikat pada moha (kasih duniawi) yang memikat (mohan).
Semua weda memang mengajarkan hal-hal yang baik dan positif, namun di atas itu semua hadir pemahaman dan kebijakan yang lebih tinggi sifatnya yang akan membawa kita ke Brahman-Loka. Demikianlah uraian singkat Ketuhanan dan Maha YogaNya, semoga bermanfaat, Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
mohan m.s
Cisarua, 15/11/09.
diedit oleh : uvi antonina