KAMA SUTRA BAGIAN SATU (EROTOLOGI SANSKERTA DAN PENDIDIKAN KEHIDUPAN YANG SELARAS)
Perbendaharaan shastra erotologi Sanskerta sangat kaya. Berbagai shastra mengenai sensualitas, seni bercinta dan erotologi adalah karya- karya para maha resi yang bersifat dharma demi langgengnya kehidupan berumah-tangga yang harmonis di satu pihak, dan demi berlangsungnya ciptaan Yang Maha Kuasa. Kesemua shastra ini kemudian diatur dalam suatu kesatuan yang bernama Kama-Sutra, yang bukan saja berisikan metode-metode bersanggama secara lengkap, namun juga upacara pernikahan, pendidikan prenatal, pendidikan berumah-tangga, homoseksualitas, transeksualitas, kehidupan beragama dan berdharma, dsb. Kesemuanya diatur oleh para resi dari zaman ke zaman, diantaranya yang paling terkenal adalah Resi Vatsyawana (nama aslinya mungkin Malinga atau Mrilina). Disamping Kama Sutra masih ada enam shastra erotis lainnya seperti :
1. Ratirahasya (Rahasia bercinta)
2. Panchasahya (Lima anak panah)
3. Smara Pradipa (Sinar Cinta)
4. Ratimajari (Kalungan cinta)
5. Rasmajari (Tembakan cinta)
6. Anunga Runga (Tahap Cinta), juga disebut Kamaladhiplawa (Perahu di samudra) C
TIGA BENTUK KEPERLUAN AKAN KEBAHAGIAAN DI DUNIA INI
Ketiga bentuk keperluan manusia ini disebut : Kebajikan – harta benda dan kekayaan – kenikmatan (Dharma – Artha – Kama). Pada kesempatan kali ini kami ingin menjabarkan Kama sebagai pedoman kehidupan yang sehat bagi keluarga yang ingin menikmati kehidupan sensual, dan bukan untuk dipergunakan secara adharma. Kehidupan seksual kalau dihayati dan dilaksanakan secara dharmais akan menghasilkan suatu bentuk kehidupan yang sakral dan sehat jasmani dan rohani. Keluarga dapat bersifat sederhana, namun kalau diisi dengan berbagai teknik- teknik khusus maka keluarga tersebut akan harmonis, semarak dan bahagia.
Pelaksanaan sensual yang bersifat adharma akan menghasilkan penderitaan yang berkepanjangan serta karma-karma yang buruk dan kehancuran yang mengenaskan. Sejarah penuh dengan beragam-ragam kisah semacam ini, bahkan Ramayana, Mahabrata dan Shakuntala dsb. tidak lepas dari berbagai penderitaan ini. Para dewa-dewi di Kahyanganpun terjungkal oleh ulah sensual mereka yang tidak terkendali dan jauh dari dharma. Raja Dastarata harus membayar mahal dengan mengorbankan putranya Sang Rama ke hutan, dsb. dsb. Sebaliknya sifat-sifat dan perilaku dharma akan menuntun seseorang ke arah kebahagiaan secara otomatis dan alami.
ENAM PULUH EMPAT JURUS SENI BERCINTA
Seseorang seyogyanya mempelajari Kama Sutra, seni dan teknik bercinta, ilmu-ilmu yang berhubungan dengan seks dan pendidikan seks yang sehat. Di era ini banyak ahli seksologi dengan pendekatan modern dan ala Barat. Namun Kama Sutra menyajikan sesuatu pendekatan kekeluargaan secara sakral, sehat serta sensual. Jangan gegabah untuk menikah tanpa pendidikan dharma dan kamasutra yang baik. Di masa-masa lalu para guru dan orang tua mendidik anak-anak mereka yang dewasa secara dharmais sebelum dinikahkan. Pada era ini kaum muda malahan belajar sendiri dari blue-film , pergaulan bebas, dsb. tanpa disertai pendidikan seks yang sehat.
Sebenarnya di dalam Hindu Dharma pendidikan seks diajarkan secara setara kepada wanita dan pria. Di masa lalu pendidikan seks diturunkan oleh para orang-tua, pendeta, guru spiritual, dayang-dayang tua di istana, dsb., kepada mereka yang dianggap perlu. Ilmu-ilmu lainnya seperti seni tari, massage, kaligraphy, lukisan erotis, berbagai bunga-bunga pewangi perangsang seks, aroma terapi yang berhubungan dengan seni bercinta juga merupakan pendidikan vital, disamping jamu-jamuan yang berkhasiat untuk pria dan wanita. Bahkan penataan ruang tidur dan tempat-tempat bersanggama yang indah bagi kaum aristokrat memerlukan penanganan yang khusus. Hatha Yoga (olah-tubuh) merupakan pelajaran yang diharuskan demi pelenturan tubuh agar berbagai pose seksual dapat dilakukan secara mudah. Demi kesehatan dan vitalitas tubuh, maka berbagai pengetahuan akan makanan seperti kacang-kacangan, rempah- rempah yang wangi dan berkhasiat, buah-buahan yang menghasilkan sperma, antiseptik alami harus dipelajari dan kemudian dikonsumsi secara beraturan. Belum lagi busana-busana khusus yang merangsang pasangan suami-istri. Disamping itu seni syair, puisi, pantun yang erotis menambah gairah disamping seni merabah, memijat, menggigit penuh nafsu.
Di era ini semua stimulasi sensual ini juga diwajibkan oleh para ahli. Bahkan hari-hari libur sebaiknya diisi pelaksanaan seksual yang indah secara privacy . Hidup itu bukan sekedar nyoblos dan merasa itu sudah jadi kewajiban. Akhirnya hancurlah mahligai yang rapuh tersebut. Ingat perilaku berpacaran adalah hal yang sehat untuk dilakukan oleh pasangan suami-istri secara privacy walaupun kita sudah tua, karena merupakan penyedap alami yang amat penting dalam membina mahligai yang harmonis, sehat dan penuh dengan kenikmatan.