Penciptaan MikroKosmos
(Dunia Alit)
Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta Agung yang disebut juga Sri Parameswaram, bukan saja mencipta makrokosmos (dunia agung) dengan daya ciptaNya Yang Maha Menakjubkan, namun di ajaran Shiwa-Siddhantam dikisahkan bagaimana janin dibentuk dari rahim bundanya! Widya yang satu ini telah dijalani para resi ribuan tahun lalu sebelum Kristus dilahirkan, dan pada zaman itu teknologi kedokteran modern yang kita jumpai dewasa ini belum eksis, namun tanpa berkhayal kaum suci dianugrahkan kemampuan untuk menelusuri dan meneliti rahim ibu secara mendetail.
Ular kobra yang sering kita lihat melilit di leher Shiwa itu sebenarnya bukan ular tetapi sperma manusya, yang memang kalau diteropong melalui mikroskop berbentuk kepala kobra, bayangkan Sang Pemilik Setiap Jiwa (Shiwa) adalah Sang Atman dalam setiap sperma pria. Kalau satu Atman hadir di sanubari maka seorang pria dewasa menampung stok milyaran sperma (atman) di lingga-nya, dan kalau kekuatan energi dan spiritual ini dipakai untuk bermeditasi maka akan menimbulkan energi kundalini yang amat dashyat pada setiap pria. Itulah sebabnya di masa lalu pria yang mulai menanjak dewasa tidak diperkenankan masturbasi dan pada usia 16 tahun anak laki-laki sudah harus menikah agar sperma tidak terbuang, biasanya setelah mempunyai beberapa anak maka para guru resi akan menganjurkan sanggama tanpa penetrasi ke vagina, agar terkumpul oja, energi murni Kundalini. Di era Satya-Yuga dan seterusnya para pria teramat sakti dan wirawan karena kebiasaan ini.
Konon sewaktu sperma (Atman) pria memasuki rahim istrinya , Iapun lalu bergabung dengan Shaktinya (indung telur wanita) dan mulai membentuk sebuah raga. Kita adalah raga luar dan Atman adalah Sang Jiwa dengan 14 bentuk badan-badan halusnya yang serupa dengan alam astral dan spiritual di Makro Kosmos (Jagat Raya nan luas ini, yang hadir di Mikro Kosmos ini yaitu tubuh kita).
Ia, Sang Shiwa sewaktu memasuki rahim Shakti, membawa serta dan menggabungkan lima unsur tattwa dan dua puluh lainnya yang ada di semesta ini, dan hadirlah Sang Kehidupan di dalam rahim ibunda, dengan demikian dari permulaan penciptaan dari dalam rahim, sang jabang bayi telah bersentuhan, berdialog, dan tumbuh besar dengan Sang Atman; 40 hari pertama konon adalah masa krusial baginya karena sang jabang bayi ini harus beradaptasi dari satu kematian dan berinkarnasi ke dalam kehidupannya yang baru di dalam setiap rahim mahluk sesuai dengan karma-karma masa lalunya.
“Di atas muladhara chakra (kemaluan pria dan wanita) hadir api suci Sang Kundalini, di dalam air yang penuh, sang jabang bayi berbaring menanti ia tumbuh, dengan kaki-kaki dan jari-jari tangannya yang kecil mungil ia bermeditasi dan menunggu sampai tiba waktunya tuk dilahirkan, pada saat itu Sang Atman menambahkan 10 jenis prana (udara, energi) kepadanya.
“Sang linggam berpenetrasi , sang yoni merekah menerimanya masuklah kelima Prana, kelima Panca Maha Bhutam, Kelima Tanmatras, kelima organ-organ kasar, kelima organ-organ lembut, dan kesemuanya ini tersembunyi secara rapi di otak sang jabang bayi” (otak atau kepala adalah yang paling awal dalam pembentukan sang jabang bayi, itulah sebabnya 3 bulan pertama sang bayi harus mendapatkan nutrisi yang prima agar ia dapat tumbuh sehat baik di dalam rahim maupun di luar nantinya)”
“Ibarat mekarnya bunga-bunga, maka harum semerbakpun menebar ke seluruh penjuru, demikian juga Prana, perlahan-lahan menyebarkan nafasnya ke seluruh tubuh sang janin dan sekitarnya.”
“Hadirlah kemudian Hyang Purusa (Atman) dengan 8 bentuk tubuh halus, ditambah 10 Tattwas dan organ-organ vital sebanyak 9, dan Sang kundalinipun lalu terwujud ibarat seekor ular. (Jadi kundalini sudah hadir dan bangkit dari masa janin dan tidak dapat dibangkitkan lagi). Seorang guru suci hanya mampu mempercepat proses spiritualnya yang telah diatur oleh karma manusya yang bersangkutan itu sendiri.
“Sewaktu terjadi sanggama, dan sang pria teramat agresif melakukannya, maka sang bayi akan terlahir dengan sifat-sifat Tamasik (Rudra) sebaliknya kalau sang pria bersifat lembut maka sang bayi akan lahir dengan sifat-sifat yang sattvik. Di dalam sifat Satvik hadir Sang Hari (Wishnu). Seandainya sang pria bersikap agresif dan lembut sekaligus, maka sifat-sifat Rajasik akan hadir pada sang bayi (dan hadirlah Hyang Brahma di dalamnya), ia akan mengalami kejayaan di dalam kehidupannya kelak, bahkan dapat melampaui ketiga gunas (sifat-sifat prakriti) ini dan melebur padaNya.
“Di dalam gabungan kedua cairan pria dan wanita, hadir sang Janin, dan lalu sang jiwa yang telah mengembara dari satu raga ke raga lainnya selama kurun waktu yang lama, lalu memasuki gabungan lingga-yoni ini, ia membawa serta Sang Mana (pikiran), yang terbungkus oleh Sang Maya (ilusi duniawi, prakriti) yang teramat lembut.”
“Keadaan di dalam rahim ini disebut masa Turiya (tidur lelap), dan Sang Maya mulai mengganggu sang janin dengan segala tipu daya dan laskar-laskarnya.
Sang Mayapun menghadirkan delapan bentuk hasrat dan nafsu ditambah dengan yang lain-lainnya, sang maya kemudian mengubah kesadaran sang jiwa, demikian Sabda Shastra-Shastra Widdhi yang suci.”
“Sang Atmanpun lalu membentuk kerangka raga dengan susunan tulang-belulang menyambung dan mengikatnya dengan berbagai susunan-susunan syaraf besar dan kecil, dan mengkukuhkannya dengan aliran darah dan daging, demikianlah Sang Atman menciptakan kediamannya, agar sang kehidupan dapat hadir secara nyaman, dan kelak mengenalNya kembali.”
“Sang Atman hadir ibarat warna putih susu, Terang benderang ibarat surya-mentari, menakjubkan, Ia hadir menerobos ke seluruh relung-relung raga, penuh kelembutan, Ia membangkitkan api di muladhara, melalui arus energi yang berbolak-balik.” (Muladhara chakra terletak di antara anus dan kemaluan pria, pada wanita ia hadir di pusar).”
Walau Sang Janin terliput oleh karma-karmanya, namun Sang Atman menjaganya secara hati-hati, Ia melindunginya dalam bungkusan air, agar tidak terbakar api muladhara sang ibu, Ia membendung bungkusan dengan sedemikian ketat, agar tidak dapat dimasuki oleh mahluk sekecil apapun juga, demikianlah sang bungkus (plasenta, kanda empat) melindungi sang janin agar nyaman, selamat dan aman.”
“Lahirnya sang bayi, adalah akibat pertemuan sperma yang berwarna keperak-perakan dengan cairan yoni yang kemerah-merahan. Sewaktu ia lahir, sang janin menghisap prana masuk delapan kali, dan menghembuskan prana keluar empat kali. Tarikan –tarikan nafasnya masih sepanjang jari-jari tangannya yang kecil mungil.”
“Ia lahir beserta lima indriyas (utama) yang disertai dengan masing-masing kebodohan. Demikianlah sang jiwa hadir mewakili alam kosmos agung dalam wujud kosmos alit (kecil).”
“Di dalam raga yang dilahirkan hadir enam unsur kesulitan manusya, namun jarang mata manusya dapat melihatnya, yang kita kenal hanyalah badan luarnya saja.”
“Sewaktu Sang Janin dibentuk ia diberikan 8 tattwas (kemampuan, kesaktian) yang dihadirkan di dalam berbagai tubuh-tubuh halusnya, Purusha ini memiliki delapan belas tahap-tahapnya (Avastas), yang adalah sembilan indriyas, enam adharas, satu api kundalini yang melingkar di muladhara dan prana sepanjang 12 matras. Klimaksnya adalah penempatan Jnana suci di bagian kepala yang disebut Sahasvara chakra.”
Yang Maha Pencipta, menghadirkan sang bayi sesuai dengan sanggama sang ayah-bundanya, Ia tidak pernah salah dengan menghadirkan 3 jenis kelamin, yaitu laki-laki, perempuan dan hermaphrodit, sewaktu spermatozoa pria yang unggul maka lahirlah laki, sewaktu spermatozoa wanita yang unggul maka lahirlah perempuan, sewaktu kedua-duanya unggul maka lahirlah hermaphrodit (banci).
“Sewaktu arus sperma deras dan melimpah maka bayi-bayi akan hadir, sewaktu spermanya terpencar sedikit maka tidak ada yang akan hadir.”
Seandainya pada saat sanggama nafas sang pria panjang, maka sang bayi dapat berusia panjang (kurang lebih 100 tahun), seandainya tidak terlalu panjang, maka usia sang bayi akan berkurang panjang.
Seorang yogi yang piawai dalam pernafasan akan mengendalikan pancaran sperma-spermanya agar dapat menghasilkan kehidupan bayi yang baik.
“Seandainya pada saat bersanggama sang pria bernafas pendek, maka yang hadir adalah bayi-bayi yang cacat. Demikian juga seandainya sewaktu bersanggama, sang ibu kelebihan air urine, maka akan lahir bayi-bayi yang buta, tuli, bisu dsbnya.”
“Berbulan-bulan sang bayi akan bertumbuh, Bunda maya membesarkannya melalui bunda kandungnya, permainan sang mayapun tidak terlihat nyata, namun teramat terasa.”
“Yang menanam benih tidak memahaminya,
Yang menerima benih tidak menyaksikannya,
Sang Pencipta memahaminya, namun tidak pernah mengungkapkannya,
Demikianlah tipuan-tipuan yang hadir dari sang maya.
“Yang Maha Pencipta adalah yang Maha Utama, Ia jugalah akar kecamba, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahnya.” Demikianlah anugrah kehidupannya bagi setiap mahluk ciptaan-ciptaanNya, Iapun selalu hadir bersanding bersama-sama dengan segala mahluk-mahlukNya.”
“Tuhan Sang Pencipta tak terbatas kehadiranNya,
Namun Ia hadir sekecil-kecilnya di dalam raga,
Tetapi selalu di atas kehadiran para dewata,
Tak nyata namun hadir pacda setiap doa dan puja, secara pribadi.
Ia tampak di hadapan kita.”
“Ibarat garam yang tidak terlihat namun dapat dihadirkan dari samudra,
Demikian juga Para (Yang Maha Esa) hadir dari berbagai Tattwas demikianlah mikro-kosmos (buana kecil) dari makro-kosmos (buana agung). Dilahirkan sebagai manusya adalah Anugrah yang tak terhingga.”
Lalu apa tujuan sang jiwa dilahirkan?
Sabda Resi Tirumular, ”Sang Jiwa dilahirkan kembali agar sadar akan hakikatnya, yaitu terbebas dari segala noda-noda dan kembali menyatu dengan Tuhan (Shiwa) Sang Penciptanya, dari mana ia berasal pada awal mulanya. Bagi resi Mular, kehidupan ini adalah anugrah yang teramat mulia, bermakna dan tidak dapat diukur nilainya.
Om Na Ma Shi wa Ya,
Om Shanti-Shanti-Shanti Om,
Om Tat Sat
Bibliography, Shiwa-Siddhanta by Resi Tirumular.
mohan m.s
Cisarua, 21 Nov 09
diedit oleh : uvi antonina.